-moment yang indah-

54.8K 5.2K 81
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading...

🌿🌿🌿

Anisa merasa jantungnya berdetak tidak karuan saat ia berpapasan dengan Aziz tadi. Saat ia dan Erna mau masuk ndalem, bertepatan dengan itu mereka berpapasan dengan Abah dan Aziz yang baru pulang dari mushola santri putra.

Walaupun ia tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia merindukannya, tapi ia merasa ragu untuk menatap wajahnya. Mungkin lebih ke takut akan dosa, bukan ragu untuk menatap.

Siapa sih yang gak rindu dengan seseorang yang di cintai?, apalagi 2 tahun tidak bertemu?, sudah di pastikan sangat rindu. Tapi Anisa tidak bisa berbuat apa-apa, selain hanya bisa mendengar suaranya.

"Hey!, kok melamun?, awas nanti tangannya kena wajan neng," tegur umi Talia saat matanya melihat Anisa mengaduk masakan, namun tatapannya kosong.

Anisa langsung tersadar saat mendengar teguran dari umi Talia. "Ah, iya mi, afwan" ucap Anisa menunduk.

"Enggak usah minta maaf segala neng, umi Takut nanti tangan kamu kena kuah panasnya atau bahkan wajannya, terus tangan kamu luka." jelas umi Talia.

Anisa mengangguk, "Iya mi"

Anisa kembali mengaduk masakannya, lalu mengambil sendok, mengambil sedikit kuahnya, lalu ia makan. Anisa sedikit mengecap ngecap rasa dari kuahnya. "Pas kayaknya, tapi tanya umi dulu deh" gumam Anisa.

Anisa mengambil sendok yang baru, lalu ia berjongkok di samping umi Talia yang sedang membuat adonan bakwan jagung.
"Umi,  menurut umi ini kurang apa?" tanya Anisa menyodorkan sendok yang di pegangnnya, sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Umi Talia terkekeh, karena tangan umi Talia kotor terkena tepung, ia langsung membuka mulutnya. Tau maksud dari umi Talia, Anisa langsung menyuapi umi Talia.

"Udah pas neng, pinter juga ya masaknya" ucap umi Talia tersenyum pada Anisa.

Anisa tertawa, "Hahaa, baru belajar mi. Ini juga bisa masak yang bener-bener bisa, karena umi yang ngajarin"

Erna tersenyum melihat interaksi umi Talia dan Anisa. "seneng banget liatnya" ucap Erna.

"Riska kemana ya mi?, kok Erna gak liat-liat dari tadi" tanya Erna bingung. Biasanya ning kecil itu selalu ikut kemana uminya berjalan.

"Sakit. Tadi jam 9, dia di anterin sama gurunya ke sini, mukanya pucet banget, pas umi balurin minyak angin, muntah muntah parah. Tadi sebelum ashar baru bisa tidur, dari pagi rewel terus." jawab umi Talia jelas.

"Ya Allah, perasaan kemarin sehat-sehat aja Erna liat"

Umi Talia mengangguk. "Iya kemarin mah. Malemnya itu dia makan es krim 2, pagi nya gak sarapan."

"Untung aja Riskanya mau sama abahnya, kalau enggak?, duh... Repot pasti" lanjut umi Talia membuat kedua gadis yang sedang bersamanya menyeritkan dahinya bingung.

"Maksudnya mi?" tanya Erna mewakili.

"Kan abangnya juga sakit. Masuk angin juga" jawab umi Talia.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Where stories live. Discover now