-Edisi honeymoon-

58.4K 3.2K 87
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading

🌿🌿🌿

Tetes demi tetes air dari langit berjatuhan ke bumi. Hembusan angin sore ini terasa dingin. Membuat Anisa dan Aziz lebih memilih berdiam di kamar. Saling memeluk satu sama lain.

"Kalau sekarang hujan, belanjanya kapan dong?" tanya Anisa.

"Kalau nanti malem hujannya udah berhenti, kita belanja. Sekalian malam mingguan," jawab Aziz mengusap rambut halus istrinya.

Anisa terkekeh geli mendengar 2 kata terakhir suaminya. "Semoga besok cuacanya bagus ya mas."

"Aamiin."

Besok pagi mereka akan pergi ke bali untuk honeymoon. Dan ini pertama kalinya Anisa akan naik pesawat. Membuat dirinya sangat takut dan selalu berpikir yang tidak-tidak. Tadi ia merasa lebih tenang karena suaminya, dan kedua orang tuanya memberikan kalimat-kalimat penenang untuknya. Tapi melihat langit mendung, hujan terlihat lebat, dan mendengar suara petir, membuat ia kembali berpikiran negatif.

"Ke bawah yuk mas!, aku mau pinjem dek sila ke teh Maryam," ajak Anisa.

"Kayak barang aja di pinjem" ujar Aziz tertawa.

"Yuk mas...." rengek Anisa membuat Aziz gemas mendengarnya.

Aziz mengecup hidung istrinya sekilas, lalu bangun. "Ayo."

Anisa tersenyum senang. Ia beranjak duluan, mengambil kerudung hitam instannya yang menggantung di belakang pintu kamar. "Yuk mas, cepetan"

"Sabar dek, ini lagi benerin sarung dulu, nanti kalau tiba-tiba melorot gimana?" ujar Aziz menatap ke arah istrinya.

"Loh, kok ngilang?" Aziz kaget ketika istrinya sudah tidak ada lagi di ambang pintu.

Aziz berjalan keluar kamar dengan cepat.

"BAA!"

"ALLAHU AKBAR!" Aziz memegang dadanya kaget. Pelakunya malah tertawa terpingkal-pingkal.

"Adek!, bikin mas kaget aja," ujar Aziz mengusap dadanya sembari menatap istrinya yang masih tertawa memegang perutnya.

"Afwan mas" ucap Anisa meminta maaf, namun dia masih tertawa.

Aziz mengangguk pelan. "Ayo ke bawah. Mas kira kamu udah kebawah duluan."

"Masa suaminya di tinggal. Yang ada suami itu yang duluan. Kan imam di depan, bukan di belakang" ucap Anisa yang sudah menghentikan tawanya.

Aziz tersenyum mendengarnya. "Yaudah hayuk, mas di depan ya?." Anisa mengangguk.

Mereka turun bergandengan. Tetapi Anisa masih berada di bekakang Aziz.

"Mas tunggu di ruang tengah ya sayang?"

"Iya mas."

Anisa berjalan menuju kamar abangnya, dan ternyata pintu kamarnya terbuka lebar.
"Ilaaaa!" seru Anisa melihat keponakannya sedang bermain di dekat pintu.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Kde žijí příběhy. Začni objevovat