-khawatir-

53.3K 4.7K 105
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading.

🌿🌿🌿

Semua santri menatap mereka bingung. Ada juga yang menunduk takut melihat Nita yang menyeret Anisa tanpa memperdulikan sang empu yang terus meringis. Nita termasuk orang yang paling di takuti oleh para santri, bahkan mungkin ada yang kurang suka dengan Nita karena karakternya yang keras.

"Kenapa teh Nisa di seret gitu ya?"

"Iya ya?, teh Nisa kan baik, gak mungkin dia lakuin kesalahan"

"Walaupun iya teh icha buat kesalahan, harusnya teh Nita jangan kayak gitu, iya gak sih? Kasian itu liat teh Nisa, kayak kesakitan gitu"

"Iya, pasti sakit banget kakinya"

"Nit, plis lepasin Anisa" mohon Erna menyekal tangan kiri Nita, namun Nita langsung menyentakkan tangan Erna dengan keras.

"Lo diem erna!" sentak Nita menatap tajam Erna. Lalu kembali menyeret Anisa ke ndalem.

Alda menatap malas drama di depannya. Ia berjalan ke samping kiri Nita melewati Erna tanpa permisi. Memang Alda tidak jauh dengan Nita. "Teh, katanya teteh suka sama gus Aziz. Si Nisa kan santri kesayangan umi, lo jangan nyeret dia. Nanti yang ada lo di amuk sama umi, dan gak kesempatan buat lo deketin gus Aziz. Harus cerdik dong" bisik Alda di telinga kiri Nita. Walaupun seperti itu, Anisa dan Erna masih bisa mendengarnya.

Erna mengetatkan rahangnya. Ini adalah alasan kenapa ia tak suka dengan Nita in the genk. Selain karakter mereka yang keras, mereka juga punya banyak muka.

Nita langsung terdiam. Ia menoleh pada Anisa. Tampilan gadis itu sangat berantakan karena tadi ia menjambak dan menamparnya. "Rapihin penampilan lo. Hapus air mata lo itu" tekan Nita pada Anisa.

"T-tangan aku..."

Nita langsung menyentakkan tangan Anisa. Lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Erna langsung mendekat, dan membantu Anisa merapikan kerudungnya. Ia mengelus pipi putih bersih Anisa yang tampak memerah. "Sakit ya? Maafin teteh ya, tadi gak bisa lindungin kamu," ucap Erna merada bersalah tidak bisa melindungi Anisa yang sudah ia anggap adiknya sendiri.

Anisa tersenyum "Gak papa atuh teh, bukan salah teteh kok. Ini salah a-

"Gak usah banyak drama! Cepetan, atau mau gue seret lagi?"

Anisa menunduk takut mendengar sentakan dari Nita. "I-iya teh, m-maaf."

Erna memasukkan helaian rambut yang keluar dari ciput yang di kenakan oleh Anisa. "Gak udah takut, ada teteh." ucapnya. Anisa tersenyum dan mengangguk.

Nita langsung menarik tangan Anisa, namun tidak sekasar tadi.

"Assalamualaikum" ucap Nita dan Alda. Erna dan Anisa hanya bergumam. anisa menunduk takut saat knop pintu bergerak dan menghasilkan bunyi,

Ceklek!

"Waalaikumussalam" sahut seseorang dari dalam.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang