-perjuangan gus Aziz-

55.5K 4.6K 57
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading!

🌿🌿🌿

Setelah melaksanakan sholat maghrib, Anisa pergi ke ndalem. Sesuai permintaan gus Aziz tadi, dia meminta tolong Anisa, untuk menyetrika bajunya.

Anisa berjalan ke belakang rumah lewat pinggiran rumah, di sana tidak ada satu pun baju yang masih menggantung.
"Bajunya udah gak ada di sini, apa udah di setrika ya sama santri yang bertugas nyetrika?"

Anisa masuk ke dalam rumah, di sana tampak sepi, karena umi Talia masih di mushola pondok putri, begitu pun dengan ning Riska. Dan kemungkinan besar, abah Raihan dan gus Aziz juga saat ini masih berada di mushola pondok putra.

Karena Anisa berpikir di rumah ini tidak ada siapa-siapa, Anisa menaiki tangga menuju kamar gus Aziz. Ia akan memeriksa di lemari sana, barangkali sudah di setrika oleh santri yang lain.

"Assalamualaikum" ucap Anisa ketika mendorong pintu kamar gus Aziz.

"waalaikumussalam"

Tubuh Anisa langsung membeku dengan matanya yang membulat. Ekor mata Anisa melirik ke arah kasur, di sana ada seorang laki-laki sedang duduk bersandar di headboard dengan tangan memegang handphone.

Anisa langsung menunduk saat tatapan mereka bertemu.
"M-ma-maaf g-gus, a-aku kira gak ada s-siapa s-siapa, jadi a-aku langsung m-masuk"

Gus Aziz tersenyum tipis, "Gak papa, kamu mau setrika baju saya kan?" tanyanya.

Dengan kepala masih menunduk, Anisa mengangguk, "I-iya gus, tapi kayaknya udah di setrika sama santri lain, soalnya tadi di bawah saya gak liat baju yang gus maksud"

"Kata siapa baju saya udah di setrika? Orang belum kok. Saya kan maunya kamu yang setrikain, jadi saya ambil baju saya dari jemuran, terus saya bawa ke kamar. Jadinya bajunya belum ada yang setrika" ucap gus Aziz.

Anisa mengangkat wajahnya, ia menatap gus Aziz yang ternyata masih menatapanya.
"Terus, baju gus nya di mana sekarang?, saya mau setrika sekarang." tanya Anisa.

Gus Aziz menaruh handphoennya di nakas, lalu ia beranjak berjalan untuk mengambil baju jubah putihnya yang menggantung di kapstok samping lemarinya. Kemudian, ia mendekati Anisa yang masih berdiri dengan kepala menunduk di dekat pintu kamarnya. Gus Aziz menyerahkan baju jubahnya pada Anisa.

Dengan kepala setia menunduk, Anisa menerima baju jubahnya. "Y-yaudah gus, aku pamit turun dulu ya gus, oh iya nanti bajunya di taruh di mana?" tanya Anisa.

"Kalau gak keberatan langsung di bawa ke sini lagi. Kebetulan sekarang saya mau balik lagi ke pondok putra, jadi nanti kamu langsung taruh ke sini aja, kalau gak keberatan maksudnya"

Anisa menggeleng, "Enggak keberatan kok gus, nanti aku langsung taruh ke sini lagi."

Gus Aziz hanya mengangguk. Lalu, Anisa berpamitan untuk ke lantai bawah, gus Aziz kembali mengangguk.

Anisa menoleh ke belakang, saat ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Ternyata itu gus Aziz. Anisa langsung menyingkir, memberikan jalan untuk gus Aziz berjalan duluan.
"Silahkan gus, duluan"

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang