-pertemuan yang tidak di sengaja-

69.8K 5.6K 153
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading

🌿🌿🌿

Hari ini hari kamis, malam jum'at. Setelah sholat isya berjama'ah, semua santri putri bersiap menuju asrama putra untuk melaksanakan kegiatan rutin malam jum'at, yaitu Barzanji Marhaban.

Anisa dan Widia itu, selalu milih berangkat paling belakang. Kenapa?, karena mereka kurang nyaman kalau terlihat atau dilihat oleh santri putra.

Kalau berangkat depanan itu, pasti dapet duduknya itu dibarisan depan atau enggak barisan kedua. Sedangkan barisan santri putra dan santri putri itu saling berhadapan. Otomatis, sengaja maupun tidak sengaja, pasti mereka akan terlihat oleh mata para santri putra. Sedangkan kalau dibelakang, tidak akan terlihat. Karena terhalang oleh barisan depan.

"Dek"

Anisa dan Widia langsung menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan itu. Mereka saling menatap, "Siapa?, kok suaranya kayak laki-laki ya?" tanya widia pada Anisa

Anisa menggeleng. "Gak tau"

"Dek!"

Mereka membalikan badannya. Kedua mata mereka langsung terkunci pada sosok lelaki berperawakan tinggi, memakai baju kemeja putih dan sarung hitam, hidungnya mancung, kulitnya putih, berdiri dihadapan mereka. dan jangan lupakan wajahnya yang cerah, seperti ada cahaya dari wajahnya.

"Masya Allah..." ucap Widia tanpa sadar. Matanya tidak berkedip menatap ciptaan Allah yang begitu sempurna di hadapannya.

Ucapan Widia membuat Anisa tersadar, dan langsung menunduk.
"Astagfirullah." ucap Anisa pelan.

Lelaki itu berdehem.
"Dek, mau ke marhabanan kan?" tanyanya

"Iya gus" jawab Anisa. Sedangkan Widia masih menatap lelaki itu dengan tatapan tidak berkedip.

Lelaki itu adalah anak sulung abah Raihan dan umi Talia. Dia bernama--- Abdul Aziz Alfarizki. Dia dikenal dengan sebutan 'gus'
"Bisa bantuin saya gak?"

Anisa mengangguk "Bisa gus"

Aziz mengangguk. "Ayo masuk." Setelah mengucapkan itu, Aziz masuk kedalam rumah.

Anisa mengangguk. "Astagfirullah Widia!, dosa!" tegur Anisa memukul lengan Widia lumayan kencang. Membuat Widia langsung tersadar.

"Astagfirullah, aku habis ngapain?" tanya Widia menutup mulutnya sendiri sambil menatap Anisa dengan kedua matanya melotot. Sepertinya gadis itu kaget sendiri atas apa yang baru saja ia lakukan.

Anisa mendecak. Tanpa menjawab pertanyaan Widia, Anisa melangkah masuk untuk menyusul Aziz. Widia juga ikut berjalan di belakang Anisa, dengan tangan dan mata masih seperti tadi.

"Dek, sini" seru Aziz di pintu masuk area dapur. Anisa dan Widia segera mendekat.

"Bantuin saya bawa ini semua ke aula, dan hidangkan disana. Riska sakit, jadi dia rewel. Umi nyuruh saya minta bantuan santri, berhubung tadi saya liat kalian yang lewat, jadi tolong bantuin saya"

"Iya gus" jawab Anisa dan Widia barengan.

Anisa menaruh piring-piring yang sudah diisi dengan kripik pisang asin, donat mini, risol, dan berbagai macan jenis cemilan lainnya pada tampah. Lalu, Widia membawa tampah itu keaula. Jadi didapur hanya ada Anisa dan Aziz.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang