-berusaha menghindar sejenak-

49.4K 4.2K 61
                                    

Jangan lupa vote dan komen


Happy reading!

🌿🌿🌿

Dari kemarin, umi Talia di buat bingung dan heran karena ia tidak melihat Anisa sama sekali. Biasanya Anisa membantunya membersihkan rumah, memasak, dan membantu menerima setoran para santri, tapi dua hari ini Anisa tidak membantunya. Bukan hanya itu, setiap ia mengimami sholat, ia tidak melihat Anisa ada di sana. Apakah Anisa sedang haid?, itulah satu pertanyaan yang berputaran di kepala umi Talia sejak kemarin. Tetapi, biasanya Anisa malah lebih banyak menghabiskan waktunya di ndalem jika sedang haid. Dia lebih sering membantunya jika Anisa sedang haid.

Umi Talia bertanya pada Erna, tetapi Erna sendiri juga heran, karena dia tidak melihat Anisa dua hari ini. Erna mengetuk pintu kamar Anisa berkali-kali, Anisa hanya menyaut, tidak memunculkan wajahnya. Erna sudah memaksa Anisa keluar, Erna khawatir Anisa kenapa-napa di dalam, tetapi Anisa kekeh mengatakan kalau dia baik-baik saja.

Dan nanti sore, umi Talia dan Erna akan mencoba memaksa Anisa keluar.

Di lain sisi, Anisa sedang membereskan kamarnya, dan juga melipat baju-baju yang baru ia angkat dari jemuran.

Anisa menghela nafas panjang ketika kamarnya sudah rapi dan bersih. "Kalau gak ke ndalem, rasanya ada yang kurang. Pengen ke sana." ucapnya.

Anisa memandang wajahnya dari cermin berukuran persegi yang ia gantung di dinding. Tangannya menyentuh rahangnya yang terdapat luka membiru di sana, "Tapi kalau aku ke sana, pasti umi bakal tanya ini kenapa, kalau udah di tanya, mana bisa aku bohong. Dan kalau aku jawab jujur, pasti teh Nita akan kena hukuman lagi."

Setelah kejadian di mana Nita melabrak Anisa ke kamar, pipi Anisa memerah bekas tamparan yang di berikan Nita padanya, dan rahangnya membiru bekas cengkraman Nita yang keras. Jadi, Anisa memutuskan untuk menghindari Erna dan umi Talia sampai lukanya sembuh.

Kalau ia bertemu Erna, pasti Erna akan mengadu pada umi Talia, dan kalau umi Talia sudah tau, pasti umi Talia akan mengadu pada suaminya, dan akhirnya mereka akan menghukum Nita lagi.

Cukup dirinya sudah membuat Nita di hukum beberapa waktu yang lalu, kali ini Anisa berusaha agar Nita tidak di hukum lagi.

"Sebenarnya gak enak hindarin umi sama teh Erna, tapi mau gimana lagi?, aku gak mau teh Nita di hukum gara-gara aku lagi" ucap Anisa mengusap-usap rahangnya.

Luka di pipinya sudah tidak membekas lagi, hanya tinggal rahangnya saja yang masih membiru. Walaupun sudah tidak terlalu ketara seperti kemarin, tetapi penglihatan umi Talia sangat jeli, pasti umi Talia akan menyadari rahangnya yang membiru ini.

"Semoga nanti sore hilang, ya Allah. Gak enak gak bantuin umi Talia, beliau udah banyak membantu aku."

Anisa melihat sekitar kamarnya yang terlihat sepi, sepertinya para santri sedang mengantri mandi, karena jam sudah menunjukan pukul 2 siang.

"Udah jam dua, pasti teh Erna udah berangkat ke ndalem. mandi sekarang ah."

Anisa mengambil baju, sarung, daleman, dan kerudung ganti yang sudah ia siapkan di atas kasur. Mengambil handuk yang menggantung, lalu keluar kamar sambil celingak-celinguk takut Erna belum berangkat ke ndalem.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें