-gelar-

56.2K 5.3K 52
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading!

🌿🌿🌿

Apa yang mereka katakan ketika mereka tau kau bercita-cita menjadi penghafal Al-Qur'an?

Apa mereka bilang hanya mimpi?, apa mereka bilang itu tidak mungkin, atau mereka bilang itu adalah cita-cita yang aneh dan tidak masuk akal?,

Jawaban Anisa adalah 'Iya'. Bahkan para tetangganya sempat menertawaknnya ketika Anisa bilang ia bercita-cita menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Mereka tidak percaya ia bisa mewujudkan cita-citanya itu.

Namun, Anisa akan membuktikan kalau ia bisa mewujudkan cita-citanya. Tepat di satu tahun ia bertahan di penjara suci ini, ia akan membuktikannya.

Satu tahun bukan waktu yang sebentar, dan melewati satu tahun ini tidaklah mudah. Banyak lika-liku yang harus Anisa lewati dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Dan sampai pada hari ini, Anisa berhasil menjadikan mimpinya menjadi kenyataan.


Anisa terus menangis di dalam kamar sedari ia selesai setor hafalan terakhir. Anisa menangis karena bahagia, ia juga tidak menyangka ia bisa sampai di titik ini.

Tok... Tok...

Anisa segera menghapus air matanya ketika pintu kamarnya di ketuk seseorang dari luar. "Iya, sebentar."

Anisa merapikan kerudungnya terlebih dahulu, sebelum membukakan pintu.
"Eh, teh Erna, kirain siapa." ucap Anisa begitu tau siapa orang yang mengetuk pintunya.

Erna tersenyum. Anisa tampak bingung saat Erna menatap sekeliling, lalu menarik Anisa masuk kedalam kamar Anisa.

"Kenapa teh?" tanya Anisa bingung.

Erna merogoh saku jas yang di pakainya. Lalu menyodorkan sebuah kertas pada Anisa. "Dari siapa teh?" tanya Anisa menerima kertas itu dengan kening menyerit.

"Orang yang sama" jawabnya.

Anisa membulatkan matanya terkejut. Jantungnya berdetak dengan cepat, badannya juga sedikit bergetar ketakutan. Ia takut di keluarkan dari pesantren, mengingat Erna menjabat sebagai ketua pondok putri.

"Hey, kok gemeteran sih?, gak usah takut, teteh gak bakal apa-apain kamu." ucap Erna memegang bahu Anisa.

"T-teh...."

Erna tersenyum dan mengusap bahu Anisa.
"Gak usah takut, nis. Btw, ini teteh yang nulis, cuman kata-katanya dari dia, teteh tulis ulang di kertas ini. Dia kasih lewat WA teteh."

Anisa menatap kedua mata Erna,
"Emang, d-dia bawa Hp?"

"Bawa, dia kan pengurus di sana, pasti bawa Hp buat tebengan para adik-adiknya untuk telpon ke orang tua mereka. Di sana acara khotmil Qur'annya pagi ini, jadi dia bisa pegang Hp seharian ini. Katanya kalau ada acara memang di bebaskan main Hp." jawab Erna. Anisa mengangguk pelan.

"Dia chat teteh tadi malem cuma bilang minta tolong buatin surar buat kamu, tapi kata-kata nya harus sama dengan teks yang dia kasih, gak boleh di kurangi dan di tambahi. Cuma teteh sibuk di ndalem, jadi baru liat tadi habis subuh sebelum teteh balik lagi ke ndalem, itu juga karena ada telpon dari orang tua santri. Kalau enggak sampai nanti malam juga teteh gak bakal tau kalau ada chat dari dia." ucap Erna di akhiri kekehan.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Where stories live. Discover now