56 - One Fine Day

Start from the beginning
                                    

Ruwi menatap haru. Kepedulian Mr. R memang tak perlu diragukan lagi. Semenjak dirinya bersumpah akan menjaga dan melindungi Ruwi dengan baik, ia benar-benar melakukannya. Ia tak akan membiarkan siapapun menyakiti perempuan yang sudah dia anggap sebagai adiknya itu.

"Kak R tenang aja, aku bisa menjaga diri baik-baik. Aku juga gak mau orang lain menyakitiku," ucap Ruwi.

Mr. R tersenyum tipis. "Jangan terlalu mencintai Zaidan. Cintai dia setengah hati aja, kalau suatu saat nanti kalian putus, kamu gak akan terlalu sakit hati," ucapnya memberi nasehat.

Ruwi terkekeh menanggapinya.

👣👣👣

Memasuki ruang kelas, Ruwi menelan saliva pelan saat pandangannya langsung menangkap sosok Zaidan yang sudah duduk di bangku paling depan --dekat pintu masuk. Ruwi bergegas menuju deretan bangku belakang yang letaknya agak jauh dari tempat cowok itu. Alasannya, karena ia masih canggung saat berdekatan dengan cowok yang semalam telah resmi menjadi pacarnya itu.

Menghindari Zaidan ternyata tak semudah yang Ruwi bayangkan. Begitu melihat Ruwi berjalan ke belakang, cowok itu segera bangkit untuk mengikutinya.

"Kenapa menghindar?" tanya Zaidan begitu menempatkan diri di samping bangku Ruwi.

Ruwi jelas terlihat salah tingkah. "Kapan aku menghindar?" Ia mencoba membela diri.

"Barusan tadi itu apa? Biasanya lo duduk di baris depan, tapi setelah liat gue lo langsung milih duduk di belakang," jelas Zaidan.

Ruwi tak bisa menjawab. Otaknya lagi-lagi tidak bisa diajak kerja sama.

"Lo gak lupa 'kan kalau kita resmi pacaran?" tanya Zaidan to the point.

Bola mata Ruwi melotot sempurna ke arah Zaidan. Pandangannya kemudian beralih menatap sekeliling. Untung saja deret bangku di depannya masih kosong dan suasana kelas agak ramai, jadi tak ada seorang pun yang mendengar ucapan Zaidan tadi.

Ruwi langsung memberi kode kepada Zaidan untuk berbicara pelan saja.

"Kenapa? Biarin aja semua orang tahu kalau kita pac-- ehm!!!" Mulut Zaidan langsung dibungkam rapat oleh tangan kanan Ruwi.

"Zaidan, aku mohon, jangan dulu...." Ruwi meminta dengan lirih.

Bukannya merespon, Zaidan malah asik memandangi wajah Ruwi dari dekat. Melihat ekspresi Ruwi yang sangat ketakutan menjadi hiburan tersendiri bagi Zaidan di pagi yang cerah ini.

Setelah mendapat anggukan, Ruwi langsung melepas bekapannya. Ia menghela napas lega. Jika saja tadi ia terlambat menghentikan Zaidan, mungkin sekarang semua orang di kelas menjadi heboh. Ruwi sama sekali belum siap jika hubungannya dengan Zaidan terekspos ke publik.

"Udah sarapan?" tanya Zaidan membuka topik baru sembari menunggu dosen yang mengajar kelas pagi ini.

"Udah," jawab Ruwi sekenanya. Ia lebih memilih fokus pada buku daripada memperhatikan Zaidan yang notabene-nya sudah menjadi pacarnya sejak semalam.

Meski begitu, Zaidan konsisten memandangi wajah Ruwi dari samping. Tatapannya sudah menunjukkan betapa Zaidan begitu mencintai gadis itu. Tanpa perlu kata-kata lagi untuk menjelaskannya.

👣👣👣

Perjuangan Ruwi dalam menyembunyikan hubungannya dengan Zaidan rupanya tak berhenti begitu saja. Dasarnya Zaidan memang keras kepala, dia terus berada di belakang Ruwi kemana pun gadis itu melangkah. Tingkahnya yang seperti itu justru akan mengundang rasa penasaran orang-orang, termasuk Risti.

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now