24. Stroberi, Aroma, Dekapan

Start from the beginning
                                    

"Hai Az," sapa gadis itu dan senyumannya begitu menawan saat Azka melihatnya, "lama nggak ketemu ya."

Ia tak membalasnya, ia kenal dengan gadis ini. Orang yang kerap mengikutinya sejak SMA hingga berkuliah pun mereka berada di tempat yang sama.

Teresia Jeviara, model keturunan Jerman-Indonesia yang sering terlihat mengisi cover majalah fesyen di beberapa bulan tertentu. Selain terkenal karena kerap dijumpai di cover majalah, Teresia juga pernah membintangi beberapa film.

Keduanya berada di satu sekolah yang sama dan Azka sudah mengetahui bahwa sejak dulu gadis ini begitu menyukainya. Terlihat dari tingkahnya yang menurut pria ini begitu kolot, kala Teresia nyaris mengejarnya sampai ia bisa berkuliah di Los Angeles, di kampus yang sama dengannya juga. Untung saja mereka tak berada di satu jurusan yang sama.

Sudah tak terhitung lagi berapa usaha yang dilakukan oleh gadis ini. Azka terlalu lelah untuk bermain dan terus-terusan berada di tempat yang sama dengannya.

"Mau balapan juga?" tanya gadis itu.

Azka mengabaikannya, "Siapa aja yang main, Vic?" Ia beralih dengan bertanya pada temannya itu.

"Timo tuh, yang main sama lo kemarin. Paling anak-anak yang itu aja," jawab Victor.

"Skip. Males."

Di hisapan kelima Azka segera melepaskan vape tersebut.

"Kalo males kamu mau apa, Az?" tanya Teresia.

"Pulang," singkat Azka.

"Kita bisa main kok."

Ucapan Teresia sontak membuat kedua laki-laki itu tertawa, Azka tersenyum singgung karena menganggap gadis ini semakin konyol saja tak peduli mereka yang sudah dewasa sekarang.

"Maksud aku kita nggak main balapan, tapi kita main yang lain. Biliar gitu?" Tentu, Teresia tak ingin berakhir secepat itu saja.

"Lo main sama si Vic aja," saran Azka yang tentunya ditolak mentah-mentah oleh Teresia.

"Az, Jum'at ini kosong?"

Pembicaraan keduanya teralih lagi. Teresia tiba-tiba menawarkan sesuatu.

"Kenapa?"

"Mau nonton opera? Papa yang ngadain acara itu sekaligus buat sumbangan pembangunan panti asuhan. Sebenarnya papa juga mau ketemu sama kamu sih."

"Huftt...." Azka sempat terdiam lalu menoleh lagi pada gadis itu, "Gue udah punya partner buat pergi nanti."

"Partner?? Az—"

James Tamaratno, orang tua dari Teresia yang juga sama seperti anaknya—terlalu mengejar dirinya. Azka bukan terlalu percaya diri, tapi di dunia kerjanya, perusahaan James sangat ingin bekerja sama dengannya. Dan ia tak bisa menolak tawaran tersebut, karena pada akhirnya kendali Azka akan berada pada kakeknya kembali.

Kedua orang tua ini sudah terlalu dekat dan akan sangat sulit untuk Azka menolaknya. Karena itu, Azka harus menghormati sosok papa Teresia ini. Bahkan di setiap ada pertemuan, ia juga terlihat akan mengikuti sang kakeknya.

Victor hanya tersenyum begitu mengetahui Azka menekan kata 'partner' yang ia maksud. Teresia tak sengaja menangkap ekspresi itu.

"Dia lagi deket sama yang lain?" tanya gadis ini pada laki-laki yang di sampingnya.

"..."

"Vic!?"

"Tanya sama orangnya coba."

Tapi Teresia tak berani menanyakannya langsung.

butterfly disaster Where stories live. Discover now