20. Apartemen

951 203 34
                                    

"El?"

"Hah?"

Lamunan Helena dari ambang pintu tempat ia berdiri tadi seketika membuyar saat satu orang memanggil namanya. Gadis itu segera mundur dari sana, ketika ia berbalik badan, ia mendapatkan sosok Reihan yang tengah mengamatinya dengan penasaran.

"Ngapain sih?"

"Nggak."

Helena mengurungkan niatnya untuk keluar dari ruangan ini. Ada sesuatu yang mengusik di pikirannya mengenai kepergian Azka yang mencari Anora di kelasnya.

"Gue tadi ngelihat Pak Azka ke sini," ucap Helena ke Reihan.

"Ngapain?" tanya Reihan.

"Nyariin Anora," jawab Helena.

Reihan tak terlalu ambil pusing untuk urusan yang satu ini. Ia tengah mengambil beberapa alat lukisnya di atas meja, karena setelah ini ia harus mempersiapkan untuk kelas berikutnya.

"Menurut lo apa ada hubungan antara Anora sama Pak Azka?"

Gerakannya seketika membeku. Pertanyaan itu mencetus keluar dari Helena yang tengah duduk di kursinya dengan rasa penasarannya.

"Hmm bisa aja," balas Reihan.

"Nah, secara gue lihat Pak Azka tuh ke Elephant Love bukan untuk ngurusin tempat ini doang, pasti dia bakal nyariin Anora," sahut Helena.

"El, kaki lo kenapa?"

Fokus Reihan berhenti tepat di objek kaki Helena yang banyak tertempel plester luka itu.

"Gue luka waktu latihan. Tapi nggak papa kok."

"Oke, gue duluan ya."

"Cepet banget!?"

"Gue mau persiapan. Nggak boleh telat."

Maka saat itu juga, Reihan langsung pamit duluan dari hadapannya. Helena langsung tertinggal seorang diri di ruangan itu, yang kini hanya tersisa dia dan beberapa pengajar saja di dalamnya.

Diam-diam saat itu, pikirannya jauh kembali ke waktu beberapa menit lalu. Waktu dimana ia bertemu Azka yang nyaris menabraknya di depan pintu tadi.

"Huftt... bapak tuh ganteng, tapi sayang wangi parfumnya mirip sama punya mantan."

_________

Tepat pukul tiga sore, Azka membawa Anora ke salah satu butik paling ternama di ibu kota. Setelah memlewati perjalanan yang sedikit jauh dari Elephant Love ke tempat ini, mereka akhirnya sampai juga di sini.

Anora terpaku melihat gedung butik di depannya ini. Butik ini lebih besar lagi dari tempat yang dipunyai oleh ibunya Sella. Setibanya mereka di sini, Azka langsung memimpinnya duluan untuk masuk.

"Az," panggil Anora. Gadis ini berusaha menyetarakan langkahnya dengan Azka yang terburu-buru itu.

"Apa tugas buat aku nanti?" tanyanya.

"Tugas?" Azka bertanya balik.

"Aku partner kamu. Apa aku juga punya tugas kayak ngingetin kamu di sana atau bawa apa gitu?" sambung Anora.

Langkah Azka pun langsung berhenti. Ia menatap Anora yang tampak bingung dengannya, tapi ia justru tertawa melihat gadis ini.

"Kamu itu partner, Anora, bukan asisten."

butterfly disaster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang