11. Sebuah Karma

1K 239 58
                                    

Satu sedan putih baru saja memasuki gerbang Gerbera Palace, dimana perumahan ini selalu sepi di setiap jam siangnya. Mobil itu pun lalu berhenti tepat di depan sebuah rumah besar yang didominasi oleh cat berwarna abu-abu.

Iris yang awalnya masih tampak tenang di dalamnya, tiba-tiba saja terpaku saat pandangannya tertuju ke dalam carport rumahnya. Wrangler hitam Raka telah terparkir rapi di sana. Pria itu pulang lebih cepat dari yang diduga.

"Ris?"

Erlo bersuara di dekatnya, hendak menanyakan apa yang membuat wanita itu terus menoleh keluar jendela. Tapi Iris mengabaikannya, ia berusaha menormalkan lagi dirinya.

"Vio boleh keluar duluan ya, sayang." Iris menyuruh Violet untuk lebih dulu keluar dari dalam mobil Erlo.

Kini tinggalah ia bersama teman prianya ini. Perlahan-lahan terlihat jelas ada kecemasan yang membentuk di wajah Iris itu.

"Raka udah pulang. Kamu langsung pulang ya."

"Aku tunggu kamu."

"Nggak-Jangan nungguin aku-"

"Gimana kalo Raka bakal main tangan sama kamu??"

Iris terhentak, wanita itu langsung menatap Erlo dengan tak percaya sambil bergeleng pelan, "Raka nggak pernah main tangan sama aku."

"Er, kamu langsung pulang. Jangan tungguin aku lagi," sambungnya.

Belum sempat Erlo berucap, Iris lebih dulu langsung keluar dari dalam mobilnya. Di depan pintu rumah sana, ia dapat melihat ada Raka yang telah menyambut Violet duluan. Ia pun berjalan untuk menuju ke sana tapi belum saja sampai, tatapan Raka telah mengawasi langkahnya duluan.

Iris tahu bahwa pria ini tak suka melihat kedatangannya barusan, terlebih lagi dia sudah tahu dengan sosok yang bersamanya tadi, Erlo. Lantas Raka menarik Violet untuk masuk ke rumah duluan, seolah menjauhkan dan semakin membuatnya bersalah di sana.

Iris terdiam, ia menoleh sejenak ke belakang dan melihat mobil Erlo yang akhirnya mau bergerak pergi di saat itu juga. Wanita ini pun lantas memasuki rumahnya segera.

Di dalamnya ia langsung mencari sosok Raka dan Violet. Putri kecilnya itu sudah diambil lebih dulu oleh Bu Taris, saat Raka menyuruhnya tadi.

Maka kini tinggalah mereka berdua saja, berdiri dengan jarak jauh dan penuh kecanggungan.

"Kenapa nggak pergi lagi?"

Suara Raka lebih dulu pecah di antara mereka. Yang membuat Iris saat ini juga seperti merasa bersalah.

"Aku udah nggak ada kerjaan lagi."

"Biasanya langsung pergi lagi sama si itu."

Sontak mata wanita ini tertuju ketika melihat Raka yang tengah memperhatikannya juga selepas meneguk air minumnya tadi.

"Kamu pulang cepet?" tanya Iris, kali ini ia mencoba mengalihkan topik barusan.

"Aku udah nggak ada urusan lagi sama klien, jadi aku pulang cepet. Dan nggak sempet main lagi sama yang di luar-"

"Raka!"

"Kenapa? Kamu tersinggung?"

"Bisa nggak usah bahas itu lagi!?"

Raka mendengus saat melihat lagi ke arah Iris. Wanita ini tampak terbakar dengan ucapannya barusan. Segera ia pun mendekat perlahan.

"Dan ngebiarin Violet kebingungan ngelihat mamanya deket sama pria lain? Dia nggak sebodoh itu lagi, Ris, untuk terus kamu bilangin kalo yang sama kamu itu cuman temen kerja aja!"

butterfly disaster Where stories live. Discover now