30

615 114 7
                                    

Senin, 13:25 WIB
At mall

Salahkan Asya dan Ibu yang membuat skenario hari ini harus terjadi. Hari yang mungkin akan bersejarah di keluarga Pratama. Di mana Bapak dan Suga harus menghabiskan waktu bersama selama satu harian. Awalnya Suga mengira kalau Bapak akan lupa atau pura-pura lupa untuk hari ini. Nyatanya enggak, Bapak justru sudah menentukan ke mana mereka harus pergi.

Kata Bapak, hari ini beliau ada janji dengan kawan kerjanya di salah satu restoran yang berada di mall kota kasablanka. Suga yang enggak punya usul dan kosong aspirasi mengenai destinasi lokasi pun hanya manut saja. Dan di sinilah dia sekarang, mengendarai range rover Bapak.

"Kamu kalo bawa motor begini, A?"

Kening Suga mengernyit mendengar pertanyaan Bapak. Ia hanya mengangguk sekali sebagai jawaban, karena enggak tahu lagi harus jawab apa. Arah pertanyaan Bapak ke mana pun, Suga enggak mengerti.

"Cara mengendarai kamu udah enak sebenernya, tapi coba cara ngerem sama ngegasnya diperhalus lagi, sampe penumpang di mobil ini enggak merasakan pergerakan kamu."

Bolah mata Suga berkali-kali menilik orang di sampingnya. Untuk pertama kalinya, cowok itu diberikan petuah dengan nada yang sedap didengar. Tanpa ada teriakan dan bentakan.

"Mana bisa begitu. Selama ini Asya aja udah bilang cara nyetir Suga adalah yang terbaik dari yang lain," jawab Suga membela diri.

"Gak ada salahnya dicoba dan diperbaiki. Biar Asya tambah nyaman lagi, ya gak?" Bapak menaikkan sebelah alisnya. Lagi-lagi beliau enggak memaksakan kehendaknya saat mengutarakan pendapat. Suga hanya diam. Bingung harus bereaksi seperti apa. Pasalnya, Bapak yang hari ini sungguh jomplang dari watak yang biasanya.

Lokasi yang mereka tuju pun sudah terlihat. Suga memarkirkan mobil dan mengikuti arah Bapak berjalan memasuki mall. Bapak merangkul anak bungsunya, seolah mereka adalah soulmate antara ayah dengan anak laki-lakinya yang sudah mengerti satu sama lain. Suga sungguh kebingungan. Tapi dia enggak berontak. Cowok itu hanya mengikuti alur Bapak. Lagipula, sepertinya Suga mempunyai firasat baik mengenai hubungannya dengan Bapak.

"Kita ke sini dulu," ucap Bapak memasuki toko alat musik.

Helaan napas terlontar dari mulut Suga. Dia enggak tahu apa yang pria paruh baya itu pikirkan. Bapak itu anti musik, ngapain coba pake masuk toko yang di setiap sudut ruangannya terdapat alat musik.

"Pilih yang kamu suka, A," lanjut Bapak membuat Suga sangat terkejut. "Gantiin gitar kamu yang udah pernah Bapak rusakin." Bapak tersenyum. Kali ini senyumnya berbeda. Terlihat tulus dan alami. "Jangan ditolak, ini tanda permintaan maaf Bapak sama kamu."

"Pak, Bapak aneh banget sih hari ini. Suga jadi merinding." Ucap Suga tanpa pikir.

"Udah sana, Bapak tunggu di sini." Bapak mendorong Suga dan duduk di kursi panjang.

Bukannya mau mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Tanpa diganti pun sebenernya Suga sudah memiliki gitar listrik pengganti sejak lama. Tapi entah mengapa Suga merasa jika dia menolak Bapak, maka pria paruh baya itu akan kecewa. Dan Suga enggak mau itu terjadi.

Gitar akustik berwarna hitam legam menjadi pilihan. Suga keluar dari toko dengan membawa tas gitar di punggungnya. Mengikuti kembali langkah kaki Bapak berjalan. Hingga berhenti di salah satu restoran cepat saji. Beliau memilih tempat dan berhenti di dekat kaca besar.

"Sebelum rekan Bapak datang, Bapak mau sampein semuanya dulu ke kamu, A," ucap Bapak setelah memesan makanan.

Diperhatikan secara seksama semua kalimat yang terlontar dari mulut Bapak. Segala pernyataan Bapak yang menurut Suga sangat mendadak.

KATING || MIN YOONGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang