(6) Sembari Tidur

Start from the beginning
                                    

"Apa bisa cinta itu tumbuh tanpa interaksi apa pun? Oke, aku memandanginya, tapi ini aneh karena dibanding suka, dia seperti membenciku. Taehyung membenciku, ya?" Mungkin itu sebabnya dia tak berniat mendekatinya. Mungkin sambil memandangi Jennie, Taehyung bersumpah serapah dalam hatinya.

"Kenapa kau tidak mencoba memastikannya? Kalian sama-sama pintar. Cobalah mendekatinya dengan alasan mendiskusikan sesuatu. Setelah melihat responnya, baru kau bisa menyimpulkan dia menyukaimu atau tidak," saran Yeri.

"Kenapa jadi aku yang repot?"

"Tidak semua lelaki pemberani. Mungkin Taehyung pemalu."

"Tapi kalau aku jadi satu-satunya pihak yang suka, apa berarti cintaku pada Taehyung bertepuk sebelah tangan?"

Orang bilang cinta itu membuat orang yang sakit sembuh dalam sekejap. Ada pula yang bilang cinta itu bisa mengubah orang waras menjadi gila. Lebih tepatnya ... cinta membuat seseorang berperilaku berbeda dari kebiasannya. Jennie sadar dirinya menjadi genit karena itu. Dia seakan tidak bisa hidup tanpa melihat Taehyung sehari saja. Yang tidak ia sadari adalah ... cinta mungkin merepotkan bagi orang lain. Cinta tidak selalu membuat orang bahagia.

Hari itu kebetulan sangatlah jahat. Jennie pikir dia hanya bersama Yeri ketika membicarakan Taehyung. Namun belum sempat Yeri menimpali ucapannya, seseorang yang tengah mereka bahas tiba-tiba muncul seolah dia dalam situasi tidak berani keluar sampai keadaan membaik. Dia muncul seolah sudah tidak tahan kemudian berkata, "Permisi." dan lewat begitu saja. Jennie yang malu bukan main hampir-hampir mengejarnya untuk memperjelas semuanya, persetan dengan risiko ditolak mentah-mentah. Namun satu yang Jennie sesali, ia mengulur waktu hingga besok atas saran Yeri. Kemudian keesokan harinya, ia tak pernah menemukan lagi Taehyung yang sedang mencuri pandang padanya.

Taehyung dengar semuanya dan bersikap demikian setelahnya, jadi Jennie pikir ia sudah ditolak bahkan sebelum berjuang.

***

Jennie terbangun dari mimpi buruk. Ketika netranya mengerjap mencari tahu keadaan, ia menyadari dirinya berada di sebuah mobil yang tengah berjalan, berbaring di atas pangkuan seseorang. Lantas ia kembali menutup matanya, pura-pura tidur lagi. Bukan tak ingin tahu sedang dibawa ke mana, namun ia mengenali parfum seseorang yang pahanya kini ia jadikan bantal. Sebuah jas berwarna cokelat muda membungkus bahu kecil Jennie. Dengan aroma yang sama menjadikan jantung perempuan itu kembali kelabakan, keberaniannya dikikis perlahan. Jennie masih merasa takut. Ia tak ingin melihat Taehyung.

Hingga hari terakhir pelayaran, Jennie tak kunjung dapatkan kepastian. Nyatanya Taehyung tak lagi menemuinya dua malam berikutnya dan membiarkan Jennie terkurung di kamar sendirian. Hampir mencoba bunuh diri karena merasa akan gila. Namun rupanya ia telah dipindahkan tanpa sadar hari ini. Entah sudah pukul berapa. Langit masih nampak cerah di luar.

Satu usapan membelai lembut pipinya, Jennie beringsut tidak nyaman. Sentuhan-sentuhan tangan besar itu begitu meneror, mengingatkan traumanya yang lama dan menambah trauma yang baru. Hanya dengan membayangkan sisa hidupnya akan ia gunakan untuk menerima sentuhan-sentuhan itu, Jennie berpikir mati mungkin lebih baik.

"Berhenti pura-pura tidur. Aku tahu kau sudah bangun," katanya dengan nada meledek.

Jennie yang tidak tahan lagi berpura-pura akhirnya buru-buru bangkit. Beringsut ke dekat jendela demi menjaga jarak dari Taehyung yang menatapnya layaknya Edward kepada Bella. Begitu pandangan matanya menerobos keluar mobil, Jennie melihat kereta besi itu tengah melaju pelan memasuki sebuah halaman rumah yang luas. Di depan sana berdiri sebuah rumah yang nampak bagaikan kastil. Menjulang kokoh dengan gaya klasik dan sentuhan modern di beberapa tempat.

Jennie mengeratkan jas yang Taehyung pinjamkan sambil memeriksa pakaiannya. Terasa beda sejak busana terakhir yang ia pakai. Setidaknya ia memakai baju yang sopan. Pria itu rupanya cukup pengertian. Hingga mobil akhirnya berhenti tepat di depan pintu rumah itu, Jennie menoleh waspada. Pria itu baru saja turun dari mobil. Belum selesai Jennie terjingkat, pintu di sisinya lantas dibuka dari luar. Seorang pria muda berambut cokelat gelap mempersilakannya turun.

WIDOW [✓]Where stories live. Discover now