Part 15

2.6K 217 1
                                    

CINTA UNTUK ARFAN

Hari ini Inara sudah siap dengan setelan gamis berwarna hitam, tak lupa dengan cadar yang menutupi setengah wajahnya. Sudah tiga hari ini ia cuti bekerja karena membantu Bundanya merawat sang Ayah. Ibu Leha, pemilik toko sembako itu sebebarnya tidak keberatan jika Inara cuti beberapa hari lagi, tapi Inara tetap ingin berangkat bekerja dan menbantu wanita tua itu di tokonya.

"Assalamualaikum," salam Inara.

"Waalaikumussalam, eh kamu Ra." itu suara Dimas, putra tunggal Ibu Leha.

Laki laki itu masih mengenakan pakaian santai nya, tangan kanan nya memegang secangkir teh hangat untuk ia nikmati di teras sambil melihat pengendara motor yang berlalu lalang.

"Langsung ke toko aja Ra, ibu udah nunggu disana," ujar Dimas yang langsung di angguki oleh Inara.

Inara baru mengayunkan kakinya tapi Dimas memanggil namanya.

"Ra..."

"Iya mas ada apa ya?" sahut Inara menunduk berusaha menjaga pandangan nya.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu," ujar Dimas gugup, pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal bingung mau memulai pembicaraan nya dari mana.

"Ngomong aja mas, saya harus ke toko Ibu pasti sudah menunggu," sahut Inara.

"A.. Aku.. " Dimas menarik nafas panjang, menetralkan detak jantungnya, ia ingin kenyatakan perasaan yang selama ini ia pendam. Yaa... Dimas mencintai Inara.

"Aku suka sama kamu Ra, aku mau kamu menjadi ibu dari anak anak aku kelak," ungkap Dimas membuat tubuh Inara membeku.

Deg

Apa lagi ini ya Allah... Kenapa Inara terus berada di posisi seperti ini, ia tau Dimas laki laki yang baik dia bahkan sangat menghormati ibunya. Tapi, apa yang bisa Inara lakukan dirinya tidak mempunyai perasaan terhadap Dimas. Dan lagi Inara sudah terikat dengan... Arfan.

Dan pernikahan nya dengan Arfan tinggal sepuluh hari lagi. Inara menarik nafas panjang ia akan berkata jujur pada Dimas, semoga laki laki itu bisa mengerti.

"Sebelumnya saya mau bilang makasih banyak, karena Mas Dimas udah berani mengungkapkan perasaan Mas Dimas. Tapi, saya mau jujur mas.." Inara menjeda ucapan nya.

"Dua minggu yang lalu ada laki laki yang mengkhitbah saya, dan saya sudah menerimanya. Sepuluh hari lagi akad pernikahan kami, Mas Dimas laki laki baik saya yakin kelak Mas Dimas akan mendapatkan pendamping hidup jauh lebih baik dari saya," jelas Inara panjang lebar.

Seketika senyuman yang terukir di bibir Dimas memudar, hatinya hancur mendengar Inara sudah lebih dulu di khitbah oleh orang lain. Dimas sudah lama menyimpan perasaan nya terhadap Inara, bahkan saat gadis itu belum bekerja di toko milik ibunya.

Tapi, mungkin memang Inara tidak di takdirkan untuk menjadi tulang rusuknya. Dimas sedikit kecewa tapi ia juga harus bisa menerima kenyataan, kenyataan bahwa Inara bukanlah jodohnya.

Dimas tersenyum getir, lalu kembali menatap kearah Inara yang masih menunduk, "Aku ikut bahagia, semoga pernikahan kalian diberikan kelancaran."

Cinta untuk Arfan [On Going]Where stories live. Discover now