14. Paku

98 11 1
                                    

BRAK!!

"BAGAIMANA BISA TOPAZ DICURI HA?!" bentak murka seorang lelaki.

Semua anak buah disekitarnya menundukkan kepala.

Setelah insiden kemarin tangki minyak yang mereka korupsi menyatu dengan api dan ketiga tahanan mereka kabur, permata berharga yang dititip dia di sana juga ikut menghilang.

Ruangan yang memiliki 10 kunci bisa mereka terobos tanpa ketahuan sama sekali?

Apa saja pekerjaan sampingan para anak buahnya disana?

"Sial! mereka pintar menyelinap juga ternyata," gumamnya sambil memandangi foto Taufan, Blaze dan Thorn.

Ia merasa ingin tahu mengapa mereka mengambil topaz darinya, bukankah The Ninth Villain sedang tidak merekrut anggota baru?

"Cih, steven! Awasi musuh, dan kalian semua bersiaplah! Kita ambil zircon," titahnya tegas.

"Baik tuan Borara!"

____________

"Aduh, pisau ku pada kemana ya?" Gempa menggaruk kepalanya. Seingatnya ia masih punya 30 kotak stok pisau. Kemana perginya semua pisau itu?

"Trus aku potong keju pake apa?" Gempa terbengong sebentar, matanya mencari sebuah benda yang memiliki ujung runcing.

Ingin memakai sendok tapi nanti permukaan kejunya tidak merata, memakai parang sajalah.

"Bang Gem mau Thorn bantu?" tanya Thorn menghampiri Gempa dengan senyum polos seperti biasa.

"Tolong ambil daging ayam di kulkas," pinta Gempa sembari melempar senyum.

"Oke~"

"Ini ayamnya bang." Thorn menyodorkan toples berisi daging ayam milik Blaze, si Petok pada kakaknya.

Omong-omong tentang Blaze, dia sedang pundung di kamarnya memandangi bulu Petok ditemani Kotek, saudaranya Petok.

"Petok... hueee... bang Gem jahat."

"Sip. Lempar aja kepanci," ucap Gempa tanpa menoleh. Ia terlalu kusyuk memotong bawang.

Thorn memiringkan kepalanya kekiri.

"Lempar?"

Klotang!

Byurr!!

"Ya ampun Thorn, maksud ku ayamnya aja yang dicemplungin. Toplesnya jangan." Gempa meringis kecil, untung air di panci itu belum mendidih sepenuhnya.

"Maaf bang, ehehe."

Ia menggeleng pelan, mengambil ayam dari panci dan memisahkan ayam yang masih bertulang dan ayam yang hanya tinggal dagingnya saja. Kulit ayamnya pula diletakkan ke tempat yang berbeda.

Konsentrasi Gempa terpecah bila anak matanya melihat kelibat hitam dari luar, kelibat itu seperti mengawasi pergerakan mereka. Namun hal itu tidak Gempa pedulikan dan kembali fokus pada masakannya.

Thorn memperhatikan dengan serius.

"Nah... lalu kita potong sirip ayamnya."

"Tapi bang, ayam gak punya sirip."

• • •

"Sayap maksudnya."

Beralih dari ayam ayaman, Gempa mengambil 2 ikat kangkung siap masak dari kulkas, mencucinya dengan air lalu dibiarkan sejenak seperti jomblo yang nganggur di pojokan.

Permata [✔]Where stories live. Discover now