Part 46 : Antara Samuel dan Gavin.

1.3K 118 4
                                    

Hallo Semuanya, apa kabar? Sehat selalu ya!

Jangan Lupa Vote Part Sebelumnya Bagi Yang Belum!

Tandai typo ya agar gampang saat merevisi!

WARNING BANYAK BAHASA KASAR YANG TAK PATUT DITIRU⚠

Keep enjoy and happy reading💖

••••

“Orang-orang sering menganggap mereka pasangan Relationship. Padahal mereka pasangan Friendship.”

—Dimas Pamungkas—

46. ANTARA SAMUEL DAN GAVIN

Trak!

Trak!

Suara dari korek bensin yang dimainkan oleh tangan putih dan urat-urat yang menonjol. Ruangan dengan ukuran sedang yang terdapat sebuah sofa usang berwarna coklat dan meja yang terbuat dari kayu. Dinding-dindingnya tampak usang bahkan catnya ada yang mengelupas.

Di ruangan itu terdapat beberapa anak remaja laki-laki yang tengah mengobrol dan bermain game. Sorak sorai menggema di penjuru ruangan itu.

"Lo kenapa, Sam?"

Samuel Ackerley, ketua dari Geng Talaska menoleh ke arah samping kanannya—tepatnya ke arah Rafael yang juga tengah menatapnya sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Gak."

Rafael tak langsung percaya. Ia sudah sedari tadi memperhatikan tingkah Sahabatnya. Ia melihat sedari tadi Sam memainkan korek bensinnya. Setelah itu ia menatap ponselnya dengan ragu lalu kembali meletakannya di meja.

"Jangan bohong!"

Samuel mendengus. "Gue gak kenapa-kenapa. Emang kenapa sih?!"

"Tingkah lo aneh."

"Aneh??" tanya Samuel memposisikan dirinya menghadap Rafael.

Rafael mengangguk. "Lo dari tadi mainin korek bensin terus ngambil handphone. Lo cuman natep handphone terus lo simpen lagi."

Samuel gelagapan, ia tak menyangka ada yang memperhatikan tingkah anehnya. Ia menetralkan wajahnya agar tak terlihat gugup. Dengan sikap cool ia berdehem.

"Salah liat kali lo!" kilah Samuel kembali membalikkan badannya ke posisi semula yaitu menghadap ke meja di depannya. Ia melirik singkat Rafael yang masih juga menatap dirinya.

"Kita temenan udah lama. Bukan satu tahun dua tahun!"

Samuel menghela nafas panjang. Mungkin ia harus menceritakan apa yang membuat dirinya bertingkah aneh. Apalagi Rafael membawa-bawa nama pertemanan. Ia paling lemah kalo menyangkut solidaritas.

Samuel mengangguk lalu mengajak Rafael ke halaman depan. Mereka berdua berjalan ke arah pohon mangga yang memang sepi dan sangat gelap karena tak terkena cahaya lampu. Mereka berdua duduk di tanah tanpa beralaskan apapun.

"Jadi??" tanya Rafael dengan tak sabaran. Rafael duduk dengan menyila dan badan menghadap Samuel yang duduk di sampingnya.

Xabiru Alatas [END]✔Where stories live. Discover now