53 - Love You Goodbye

Start from the beginning
                                    

"Kamu mau pulang dengan siapa?" tanya Mr. R kemudian. Ia ingin memberikan kebebasan pada Ruwi dalam memilih karena saat ini sudah ada tiga laki-laki yang bersedia mengantarkannya pulang.

"Tentu saja dengan kak R, tadi 'kan aku udah bilang lewat chat minta dijemput," jawab Ruwi tanpa ragu sedikitpun.

Mr. R melirik Zaidan dan Vano bergantian. Dengan alis kanan yang sedikit terangkat, sorot matanya seakan-akan berkata aku-lah pemenangnya pada dua cowok itu.

"Kalo gitu, ayo pulang," ajak Mr. R yang langsung mendapat anggukan dari Ruwi.

Zaidan ingin protes. Ia datang ke kafe lebih awal dibandingkan Mr. R yang baru tiba beberapa menit yang lalu. Tapi, justru si R itu yang dipilih Ruwi. Sepertinya peribahasa siapa cepat dia dapat tidak berlaku untuknya hari ini.

Kekecewaan juga dirasakan Vano. Mungkin diantara dua pesaingnya, Vano tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertemu Ruwi secara langsung karena padatnya jadwal kuliah dan tugas mahasiswa Teknik. Satu-satunya kesempatan yang dia punya adalah pada saat kerja paruh waktu di kafe Vun. Dan sekarang, kesempatannya untuk berduaan dengan Ruwi saat pulang kerja telah dicuri oleh Mr. R.

Vano menyenggol lengan Zaidan menggunakan sikunya. "Eh, lo percaya, gak, kalau hubungan mereka cuma kakak-adik?" bisiknya, setelah melihat Ruwi dan Mr. R mulai menjauh.

"Gue, sih, percaya sama Ruwi kalo dia cuma anggap Mr. R sebagai kakak. Tapi, gue gak yakin sama Mr. R." Zaidan ikut berbisik dengan mata memicing saat menatap bahu Mr. R yang nyaris bersentuhan dengan bahu Ruwi saking dekatnya.

"Sama, gue juga mikir gitu. Gimana kalo Mr. R punya perasaan ke Ruwi?" Pertanyaan Vano itu membuat Zaidan ikut cemas.

Tangan Vano refleks bertengger di bahu Zaidan dengan santai. Keduanya nampak begitu akrab seperti sudah bersahabat lama. Menyadari hal itu, keduanya segera menjauh satu sama lain dengan gestur bergidik.

👣👣👣

Hari berganti. Sabtu sore, Ruwi menepati janji setelah sehari sebelumnya berjanji untuk menemani Vano ke suatu tempat setelah shift kerja mereka berakhir. Meski tak tahu ke mana Vano akan membawanya, Ruwi percaya kalau cowok itu tidak akan menculik atau melakukan hal-hal aneh.

Rasa penasaran Ruwi akhirnya terjawab setelah taksi yang mereka naiki berhenti di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota itu.

"Besok ulang tahun mamaku, tapi aku belum kepikiran mau ngasih kado apa." Vano bercerita saat keduanya mulai memasuki bangunan besar itu. "Jadi, aku minta tolong kamu buat bantuin nyari kado."

Ruwi sedikit terbebani dengan permintaan itu. "Tapi, aku juga gak tahu apa yang cocok untuk kado ultah mama kamu."

"Kalo kita cari bareng-bareng pasti juga bakal nemu barang yang pas." Vano berucap santai.

Selain mencari hadiah yang tepat untuk sang mama, alasan Vano mengajak Ruwi tak lain adalah karena ingin menghabiskan waktu bersama cewek itu. Ada beberapa agenda yang sudah Vano susun agar kebersamaan mereka terlihat seperti sejoli yang sedang berkencan.

Pertama, Vano mengajak Ruwi mampir di outlet kosmetik. Mata cowok itu langsung tertuju pada puluhan lipstik yang terpajang rapi. Beragam merek dan warna yang tersedia membuat Vano pusing harus memilih yang mana. Kakinya lalu bergeser agak jauh menuju outlet perhiasan, Ruwi mengikuti dari belakang dengan sabar.

"Ruwi, sini."

Ruwi tanpa curiga sedikitpun langsung menuruti Vano yang memintanya untuk mendekat. Detik kemudian, ia terkejut saat Vano tiba-tiba meraih tangan kanannya untuk memasangkan sebuah cincin di jari manis.

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now