"Kenapa liatin gue kaya gitu?"

Sial. Kara tertangkap basah oleh Samuel, Kara segera mengalihkan pandangan nya ke arah lain, salah tingkah.

Samuel terkekeh. Tangannya meraih dagu Kara agar kembali menatap kearah nya, lalu tersenyum. "Gak usah malu. Lo bebas mau liatin gue, gue gak masalah." Ucap Samuel. Malah membuat Kara semakin salah tingkah, terlebih lagi melihat senyum yang Samuel tunjukan.

Melihat wajah cantik dan menggemaskan Kara, Samuel semakin menarik dagu Kara agar wajah mereka semakin mendekat.

Manik mata Kara bergerak gelisah, jarak wajah mereka sangat dekat, bahkan hidung mereka sebentar lagi akan bersentuhan. "A-arga."

Samuel menatap wajah Kara dari jarak yang sangat dekat. Iris matanya menatap bibir pink Kara, yang sangat menggoda. Kemudian kembali menatap mata Kara dengan intens.

"Gue mau cium, boleh?"

Pupil Kara melebar. Matanya mengerjab gugup, mendengar pertanyaan Samuel. Hey, kenapa Samuel tidak langsung mencium nya saja, kenapa sekarang tiba-tiba meminta izin terlebih dahulu kepadanya. Jika begini, Kara malah semakin salting, jadinya.

Dengan malu-malu, Kara menganggukan kepalanya, sebagai tanda persetujuan

Samuel tersenyum, bibir nya hendak menyosor pada bibir lembut berwarna pink, milik Kara. tapi Samuel berhenti, ia teringat sesuatu, Samuel sedikit mendongakan dagunya, lalu memberikan kecupan lembut dikening Kara.

"Disini aja. Gue gak mau, sampe lepas kontrol lagi kaya kemarin." Ucap Samuel, seraya membelai lembut pipi Kara.

Blusss.

Pipi Kara merona. Kara semakin dibuat salah tingkah oleh suami nya itu. Tangan kecilnya memukul pelan, dada bidang Samuel. "Udah jangan dibahas, ayo sarapan." Ucapnya salah tingkah.













**************



















"Arga, Sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Kara, pada Samuel yang kini sedang fokus mengendarai motor nya. Mereka sedang dalam perjalanan, tapi Kara tidak tau kemana arah tujuan mereka, karna Samuel sama sekali tidak memberitahu kan nya.

"Bentar lagi, Lo tau." Jawab Samuel dari balik helm full face nya.

Kara semakin mengeratkan pegangan nya pada kaos yang dipakai Samuel. Kara sangat penasaran kemana Samuel akan membawanya, apa Samuel membuatkannya kejutan?

Tidak, tidak. Kara tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi, hingga akhirnya dibuat kecewa, seperti yang sudah-sudah.

Tapi, tunggu.

Alis Kara mengkerut, bingung. Saat motor Samuel tiba-tiba berhenti tepat didepan sebuah gerbang rumah besar, yang bertempatan di komplek perumahan elit.

Kara turun dari motor Samuel, masih dengan alis yang berkerut. Matanya menatap kebingungan rumah besar yang ada didepannya itu. "Arga, kita kenapa kesini?" Tanya Kara, menatap suaminya.

"Gimana rumahnya, menurut lo?" Tanya balik Samuel, dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana nya.

"Rumah ini? Kenapa emangnya sama rumah ini?" Tanya Kara, semakin kebingungan, otaknya tidak bisa mencerna dengan baik.

Samuel menghela nafasnya kasar. "Gue udah beli rumah ini." Ucap Samuel, membuat bola mata Kara membulat.

"Serius?" Samuel mengangguk.

"Tapi kenapa. Bukannya apartemen kamu baik-baik aja?" Bingung Kara.

"Terlalu sempit dan gak bebas. Gue udah pikirin baik-baik, tinggal di apartemen buat kita berdua, mungkin oke-oke aja, tapi siapa yang tau kalo suatu saat akan ada orang baru yang tinggal sama kita." Jelas Samuel.

My Punk HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang