Todoroki Shoto • teh

1K 130 3
                                    

Selamat membaca ;)

Warna matahari jingga menerpa sebagian wajahmu. Jemarimu asik memutarkan sendok kecil pada sebuah gelas berisi teh panas. Kamu sengaja tak memegang gelas itu dikarenakan suhunya yang dapat membuat jarimu melepuh kepanasan.

Senyuman kecil terpatri indah pada wajah cantikmu. akhirnya teh ini jadi juga. Aku ingin membawanya ke meja belajar. Tapi... Aku bingung bagaimana cara membawanya.

Sementara itu, pikiranmu terus berputar mencari cara agar bisa membawa gelas itu. Tak mungkin kamu mengoprek laci-laci dari rumah milik temanmu. Bertanya juga sungkan. Karena menurutmu, temanmu itu orangnya agak menakutkan. Didikan ayahnya yang membuatnya seperti itu.

Diundang kerumahnya saja bagaikan kesempatan emas yang ia berikan percuma kepadamu sebagai teman satu kelompoknya.

Kamu menghentikan jarimu sejenak, dan memperhatikan gelasmu lekat-lekat. aku tanya saja kali ya? Tapi itu tidak sopan.

Tapi masa iya akus meninggalkan teh ini sendirian? Hmph, yasudahlahh aku tanyakan saja. Semoga Todoroki-kun tak marah. Aku takut ia marah.

Senyumanmu meluntur bersamaan dengan langkah kakimu yang kian menjauh dari dapur disana.

Rumah dengan gaya Jepang kuno masih kental menemani setiap sudutnya. Tak dapat kamu pungkiri, gaya Jepang kuno memang kesukaanmu. Bahkan kamu ingin berlama-lama di rumah itu agar kamu bisa memperhatikan desain interiornya lebih lama.

Rumah kediaman Todoroki memang sepi, dan terkesan mencekam dengan aura yang diciptakan ayahnya. Maka dari itu, kamu agak takut kalau sampai berada di rumah itu sampai terlalu larut.

Rumor tentang kegalakan dari kepala keluarga Todoroki tidak begitu tersorot kamera. Tapi, putra bungsunya sering menceritakannya kepadamu.

Katakanlah dirimu sebagai tempatnya berkeluh kesah karena kalian sudah bersama cukup lama. Semenjak kamu menginjak kelas 1 SMP, kamu terus sekelas dengannya. Entah nasib atau kebetulan, tapi yang pasti kamu sangat senang dengan hal itu.

Awalnya kamu sangat menyukai ayahhandanya yang terbilang sangat keren ketika ia membunuh villain jahat.

Tetapi, melihat perubahan raut wajah bungsu keluarga Todoroki, membuatmu bungkam seribu bahasa. Mukanya menggelap dengan alis yang bertautan.

Hal yang dapat kamu simpulkan, ia sedang marah dengan ayahnya. Pikirmu, itu hal yang biasa terjadi antara hubungan anak dengan ayah mereka.

Namun, semenjak berjalannya waktu, Todoroki mulai terbuka kepadamu. Kamu sendiri kebingungan dengan hal itu. kenapa Todoroki-kun menceritakannya kepadaku? pertanyaan itu menghantuimu belakangan ini.

Mengingat dirinya yang sedang dilanda kekesalan, kamu tidak berani mengorek masa lalunya lebih jauh lagi.

ini... Kamarnya Todoroki-kun bukan ya? Tapi kalau tidak salah sih, iya. Habisnya pintunya mirip semua.

Yasudahlah, aku buka saja. Semoga saja benar. Langkah kakimu berhenti pada dua pintu besar yang kamu yakini kamar Todoroki.

Kedua tanganmu memegang kenop pintu itu bersamaan.

Srek!

Tap!

Belum terbuka seluruhnya, tanganmu terhenti kala merasakan genggaman tangan besar pada masing-masing tangan mungilmu.

Keduanya terasa hangat. Tubuhmu tersentak kecil, dan jantungmu berdetak lebih cepat dari biasanya. k-kenapa aku jadi takut begini?

Genggaman itu bagai memberikan sentuhan yang mengalirkan listrik ke kulitmu. Nafasmu tercekat, bahkan sampai berhenti beberapa detik saking takutnya.

Anime X ReaderWhere stories live. Discover now