35|| (Die)t

Mulai dari awal
                                    

"A-aku hanya tidak sempat memasak di pagi hari." Tentunya Tara mengatakan kebohongan untuk itu. Dia setiap pagi selalu bangun membuatkan sarapan untuk Papa dan juga supirnya sebagai kewajiban, hanya saja dia tidak ingin memakannya.

"Apa kau ingin aku membawakan bekal untukmu? Mungkin Bunda tidak keberatan untuk itu," cetus Jodhi yang mengkhawatirkan kondisi gadis itu.

"T-tidak perlu. A-aku juga sudah sarapan roti dari rumah. J-jangan khawatir," tolak Tara dengan menggunakan seulas senyumannya berharap Jodhi tidak curiga.

Jodhi termenung sejenak, lalu kembali berujar, "Lihatlah dirimu, kau banyak melamun akhir-akhir ini. Dan wajahmu juga pucat. Aku belikan makan, ya?"

"Tidak perlu, Jod. Aku bisa mengurusi diriku sendiri," cegah Tara yang sedikit keras dalam suaranya. Ada nada kesal di sana. Tampak Jodhi yang terkejut akan ucapan gadis itu. Anggi juga mengalihkan pandangannya pada Tara dengan bingung. Tara juga tidak menduga jika dirinya akan berujar seperti itu adanya.

Ia hanya merasa tidak enak jika Jodhi terus-terusan mengkhawatirkan kondisi gadis itu dan pada akhirnya rencana diet Tara akan berakhir jika dia memakan banyak asupan kalori. Ia masih harus tegas mengekang nafsu makannya. Padahal, Tara juga merindukan masakan kantin.

"Mungkin Tara sedang tidak dalam suasana hati yang baik, jangan paksa dia, Jod. Ayo ke kantin bersamaku saja," celetuk Anggi menyela keheningan di antara mereka.

Tara hanya diam seribu bahasa saat tatapannya bertemu dengan bola mata dalam Jodhi yang menatapnya lekat. Jodhi kemudian menganggukan kepalanya bermaksud menyetujui ajakan Anggi. Mungkin benar Tara sedang dalam kondisi tidak ingin diganggu. Dia tidak akan memaksa.

"Aku ke kantin dulu. Katakan padaku jika kau membutuhkan sesuatu." Pemuda itu segera mengganti wajahnya untuk kembali lembut menyadari wajah Tara menyiratkan rasa bersalah padanya. Sudah tugasnya mengerti Tara.

"Sudahlah, Tara ini anak yang mandiri. Kalian ini seperti sepupu rasa pacar." Anggi terkekeh kecil dengan ucapannya sendiri.

Ungkapan barusan juga menggelitik hati Tara dan juga Jodhi. Tanpa aba-aba mata keduanya kembali bertemu. Keduanya terlibat satu pemikiran yang sama, Silahkan berpikiran seperti apa yang kau inginkan, yang tahu kebenarannya hanyalah kami berdua.

"Sebaiknya kita segera menuju kantin. Aku tidak ingin kehabisan bakso. Ayo, Jod!"

Masih dalam pengamatan Tara saat tangan Jodhi ditarik oleh Anggi menuju pintu kelas. Pemuda itu juga terlihat tidak melawan. Tara menatap nanar punggung Jodhi yang menjauh. Kalian pasti bisa mendapatkan gambaran perasaan sendiri saat melihat pacarmu digandeng berjalan oleh temanmu yang dengan jelas kau ketahui bahwa temanmu memiliki perasaan pada pacarmu. Kira-kira bagaimana rasa itu? Jelas saja sakit dan tidak terima berperan di dalamnya. Anggi mengambil kesempatannya dengan sangat bagus.

"Tara, kami pergi dulu. Jaga diri baik-baik!" Seru Anggi yang membawa Jodhi menghilang dari balik pintu. Tatapannya dan Jodhi sempat bertemu sesaat, tapi Tara terlebih dahulu memutuskan kontak mata mereka. Melihat mereka dekat tidak mudah bagi Tara, tapi apa yang bisa ia lakukan?

Tara hanya bisa meremat erat roknya. Wajah bahagia yang Anggi pancarkan membuatnya merasa semakin bersalah. Gadis itu ceria, berbeda dengannya yang sering menbuat kecewa.

Sebenarnya, Tara teringin mengucapkan maaf atas sikapnya yang tidak bersahabat tadi. Tapi, naasnya tenggorokannya serasa tercekat tak mampu mengeluarkan kata-kata. Ia merasa bersalah tidak menghargai tindakan Jodhi yang mengkhawatirkannya. Pemuda itu sudah sangat baik kepada Tara, tapi sikap Tara akhir-akhir tanpa terkendali seakan mengusir Jodhi untuk menjauh. Ada yang salah dengan diri Tara sendiri. Dan Tara masih mempermasalahkan hal itu.

Tubby, I Love You! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang