7|| Disappear

218 95 67
                                    

•Happy reading!•

'Tidak selamanya diam akan memberikanmu ketenangan.'
~ Jodhi Saga Ginanjar Prawira.

Senin pagi merupakan awal dari semua hari bagi kebanyakan populasi manusia untuk memulai kesibukannya menjalankan kehidupan. Tidak ubahnya dengan seluruh warga sekolah yang diwajibkan untuk mengikuti kegiatan upacara bendera sebelum mengawali kegiatan belajar mengajar lainnya.

Dihalaman utama SMA Wijaya Kusuma tertata rapi barisan siswa-siswi mereka yang hampir seluruhnya memakai topi sebagai atribut kepala. Jika ada siswa yang menyelewengkan diri mereka tidak memakai atribut lengkap, maka bersiaplah untuk berdiri pada barisan khusus sebelum pada akhir acara akan dilaksanakan sesi pembagian hukuman. Sebaik itu kelihatannya ketertiban yang berlaku di yayasan ini.

"Kak, geser sedikit, dong. Kami tidak bisa melihat pembawa benderanya, nih." Tara yang merupakan pemilik tubuh yang memiliki posisi di depan dua siswi dibelakangnya mulai menggeser sedikit posisinya menjadi merapat dengan Anggi yang tepat disebelahnya.

Pada aturannya, barisan sudah dibuat berdasarkan masing-masing kelas. Namun, karena dua siswi tadi berkendala tidak memiliki barisan lagi pada barisan kelas 10 akhirnya diminta bergabung dalam barisan kelas 11 yang lebih dekat.

"Agak ke kiri lagi dong, kak." Sejauh ini sudah terhitung 5 kali adik kelasnya mengatur posisinya. Karena kesadaran dirinya yang mengakui ukuran tubuh besarnya yang berada pada posisi barisan dari belakang menghalangi usaha adik kelasnya yang memperebutkan pemandangan wajah kakak kelas laki-lakinya yang bertugas menjadi pembawa bendera pada posisi tengah, maka Tara bergeser tidak banyaknya hanya satu centi.

Anggi beberapa kali yang ia senggol beberapa kali sudah menegurnya lewat tatapan mata. Huh, Tara ingin kesal pada tubuhnya yang membuat ia kesulitan. Ia juga mendapatkan lirikan tajam dari beberapa siswa lainnya yang terganggu ketenangannya pada persiapan barisan sebelum upacara dimulai.

"Ishhhh... Kak, ganti posisi saja, deh," Adik kelasnya itu menggerutu. Sebuah penawaran perpindahan posisi diajukan. Apa sebegitu merepotkannya tubuh besarnya ini? Rasa-rasanya menyesakkan kalau sudah menyinggung soal ukuran tubuhnya.

Tara mengangguk lemah. Ia bersiap-siap untuk berpindah pada posisi paling belakang. Ia sudah mengalah untuk adik kelasnya kali ini, itu terjadi sebelum tangannya dicekal oleh orang didepannya. Tara tersentak kaget merasakan langkahnya dihentikan. Bertambah saja keterkejutannya saat mengetahui siapa sosok yang melingkarkan telapak tangannya pada pergelangan tangan Tara.

"Jangan pindah!" Titahnya yang mengundang perhatian dari teman sekelas Tara yang lain.

"Apa masalah kalian jika dia ada di barisan sini?" Tanyanya pada dua siswi tadi. Tara pikir memang ketegasan dari orang ini juga dirasakan oleh adik kelasnya yang hanya menunduk takut.

"Kami tidak bisa melihat berjalannya upacara," jawab salah satu dari mereka dengan pelan.

"Melihat jalannya upacara atau menggilai wajah kakak kelas kalian yang ada di depan sana?" Tukasnya dengan ketus.

Mereka terdiam tidak berani lagi menjawab apalagi menatap. Tara pun begitu yang seakan bisu kala dirinya dibela seperti ini. Ternyata di bela orang lain saat kau terdesak sangatlah sebahagia ini. Kau akan merasa tidak sendiri.

"Di barisan sebelah, ada beberapa tempat luang pada bagian depan. Muridnya baru saja dipindahkan ke barisan istimewa karena tidak memakai ikat pinggang. Jadi, kenapa kalian tidak pindah saja kesana?" Tanyanya dengan sedikit mengintimidasi.

Tubby, I Love You! (Selesai)Where stories live. Discover now