35|| (Die)t

Mulai dari awal
                                    

"Papa juga punya Tara untuk diajak berjuang bersama. Tara sayang Papa."

Jika bagi Hendra kebahagiaan Tara adalah yang utama, begitupun untuk Tara yang berusaha semampu yang ia bisa untuk menjadi anak yang bisa ayahnya andalkan.

"Papa juga, Nak. Papa sangat menyayangimu dan Mamamu."

Keadaan mungkin berubah, tapi ukuran cinta Hendra untuk keluarga tak pernah diragukan lagi. Selalu terjaga meski raga tak lagi bersama.

• • •

Waktu istirahat pertama sedang berlangsung setelah pelajaran Bahasa Inggris yang berlangsung dengan seru diadakannya kuis berhukuman bagi yang membuat kesalahan menjawab.

"Ayo ke kantin!" Ajak Anggi pada gadis yang duduk di belakangnya itu. Anggi memang sudah lama kembali ke tempat duduknya yang semula. Situasi hubungannya dengan Widi juga kembali membaik ditandai dengan adanya pertikaian kecil saling menjahili sesama.

"Aku sudah membawa bekal ku sendiri, Nggi," jawab Tara bermaksud menolak.

"Makan itu di kantin. Temani aku makan, ya?" Bujuk Anggi dengan wajah memelas berharap gadis bertubuh tambun itu akan luluh.

"Aku malas berjalan, Nggi." Penolakan Tara mengubah keadaan bibir Anggi menjadi cemberut.

"Baiklah, aku pergi sendiri. Apa kau ingin titip sesuatu?" Anggi tidak mau memaksakan kehendak gadis itu setelah meneliti wajah Tara memang terlihat lelah. Mungkin akibat dari kinerja otaknya yang hampir mencapai batas rata-rata setelah diperas untuk pelajaran tadi.

"Tidak. Kau sebaiknya segera pergi sebelum bangku di kantin penuh," saran Tara yang bisa disalah artikan sebagai tindak pengusiran halus.

Seseorang berjalan mendekat ke arah mereka membuat Anggi mengurungkan niatnya untuk bergegas pergi. Wajah gadis itu berubah menjadi berseri-seri melupakan penolakan dari Tara. Tara perhatikan bagaimana tangan Anggi terangkat ke atas merapikan tatanan rambutnya.

"Hai, Jod!" Sapa Anggi mendahului Tara tepat Jodhi saat sudah berada di dekat mereka. Jodhi menanggapinya dengan seulas senyuman kecil. "Hai, Ang," balasnya yang kembali fokus ke Tara.

Bisa Tara rasakan hatinya mulai tidak nyaman melihat keramahtamahan mereka berdua. Apalagi saat ini Anggi yang disenyumi Jodhi jelas merona malu-malu. Bolehkah jika Tara merasa sebal? Dan dia berharap gadis itu segera pergi. Persahabatan mereka memang hangat, tapi tidak normal jika Tara sudah memiliki perasaan iri kepada Anggi. Buru-buru gadis itu menafikan bahwa ia cemburu, demi keberlangsungan hubungan persahabatan keduanya.

"Kau tidak pergi ke kantin?" Tanya Jodhi dengan lembut. Tubuh pemuda itu membungkuk dan condong ke arah Tara membuat wajahnya sangat dekat dengan Tara. Sedangkan kedua tangannya menahan tubuhnya untuk tetap di belakang dengan berpegang pada meja. Manik mata keduanya saling bertemu. Bahkan hidung Tara bisa dengan leluasa menghirup aroma wangi gel rambut pemuda itu.

"T-tidak, a-aku sudah membawa bekal." Tara yang gugup sedikit memundurkan tubuhnya dan membuat jarak di antara mereka. Jangan lupakan jika Anggi masih memperhatikan mereka. Bisa berbahaya jika gadis itu sadar akan sesuatu yang tersembunyi.

"Apa bekalmu?" Tanya Jodhi yang sudah membuat gerakan membuka kotak bekal Tara yang ada di meja.

Di lihatnya sekilas isinya yang terdiri dari potongan buah apel dan mangga. "Ini lagi? Kau sudah beberapa hari ini hanya membawa bekal seperti ini. Apa kau memiliki masalah pencernaan?" Cerca Jodhi dengan serius mencari jawaban dari pancaran mata Tara.

Dia berbicara pelan, tapi tetap jelas untuk Tara dengar. Ini hanya pembicaraan untuk mereka, Anggi tidak dibiarkan untuk mendengarkannya. Tidak tahu kenapa gadis itu malah kembali duduk ke kursinya sambil menatap Jodhi tanpa berkedip begitu.

Tubby, I Love You! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang