Alvina || Part 46

194 53 13
                                    

Happy Reading ⚫

"Vina!! Gila gue kangen bangetttt!!!!" Teriak Fitri dari belakang langsung memeluk Vina.

"Lepas setan! Sesek napas gue!" Kesal Vina karena Fitri memeluknya sangat erat.

"Gila, tau-tau udah kelas dua belas aja!Bentar lagi lulus yey!"

Vina memutar bola matanya malas. Fitri ini jika bicara pelan apa tidak bisa? Setiap hari selalu teriak-teriak, telinga Vina ingin meledak rasanya.

"Btw udah mau lulus, lo udah dapet kepastian dari Alfa?" Tanya Vina sedikit mengejek.

"Belum anjir! Gila banget emang gue digantung ngga jelas gini!"

"Gue nanti kalo kesel langsung nikah aja dah. Ngga usah pacar-pacaran!"

"Lah? Emang Alfa beneran serius sama lo?" Ujar Vina semakin gencar menggoda sahabatnya itu.

"Y-yya mau lah! Ya kali dia ngga mau sama gue yang cantik ini!"

"Pede banget, ck!"

Setelah itu keduanya langsung menuju mading sekolahm. Melihat apakah mereka sekelas lagi atau tidak.

Vina menunggu lumayan jauh dari kumpulan anak-anak. Ia membiarkan Fitri yang menerobos masuk melihat mading yang sangat ramai itu. Vina menunggu kabarnya saja. Ia malas apabila harus dorong-dorongan seperti mereka.

Tak lama terlihat wajah Fitri yang berseri-seri. Pasti mereka satu kelas lagi. Sudah dapat ditebak dari raut wajah Fitri.

"Anjir dewi keberuntungan lagi berpihak pada kita. Kita sekelas lagi yey. Kita masuk kelas XII IPA 1 lagi!"

"Dan yang pasti gue juga satu kelas lagi sama Alfa!"

Vina hanya menggelengkan kepalanya. Iyalah mereka bisa sekelas lagi, Fitri dan Alfa kan setiap ulangan selalu nebeng otak pada Vina. Wajar mereka selalu satu kelas.

"Jangan bilang Revan satu kelas sama Selvia lagi," ujar Vina kesal.

"Kayaknya iya deh. Soalnya gue liat tadi wajahnya Selvia kayak seneng gitu."

Terlihat Vina sangat kesal mendengarnya. Bukan apa-apa, tapi Vina yakin Selvia akan semakin gencar mendekati Revan.

"Udah ngga usah dipikirin. Toh Revan bucin banget sama lo, mau secantik apapun cewek itu, tetep ngga akan membuat Revan berpaling." Fitri berusaha membuat Vina yakin bahwa Revan tidak akan aneh-aneh.

Setelah itu mereka berdua berjalan menuju kelas baru mereka, dengan mata berbincang-bincang.

"Udah jadi Kakak kelas nih. Waktunya tebar pesona ke kelas sepuluh. Siapa tau ada berondong ganteng yang bisa dijadiin cabang." Ujar Fitri semangat.

"Sialan. Otak kriminal nya mulai dateng lagi," sahut Vina tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

"Lah iya kok. Jadi kakak kelas itu enak, bisa tebar pesona. Nanti kalo ada adek kelas yang ganteng, gass lah hahahah!"

Vina menoyor kepala Fitri agar otaknya mulai waras lagi. Sudah punya Alfa masih saja ingin mencari berondong.

"Nih ya gue kasih tau. Sebelum bendera kuning berkibar, kita masih bisa dapetin apa aja yang kita mau, terutama soal cowok ganteng."

"Bendera kuning? Bukan janur kuning?"

"Yaelah ditinggal nikah itu masih bisa kita tikung Vin buat dapetin dia. Tapi kalo udah ditinggal mati, udah ngga bakal bisa." Jelas Fitri masuk akal.

Benar juga, jika bendera kuning sudah berkibar didepan rumah. Sudah tidak ada harapan secuil pun untuk bisa memiliki nya.

******

ALVINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang