Alvina || Part 29

328 98 30
                                    

HAYYO!!!!
Kaget ngga? Yaudah kalo ngga_-
Mau jadi silent readers ya?!
Ketahuankan_-
Jangan dibiasain gitu, ga bagus:v

Happy Reading ⚫

"Bagaimana keadaannya, dok?" Tanya Vandy dengan raut wajah yang datar.

"Tidak ada yang menghawatirkan. Ia hanya kelelahan saja. Pastikan ia istirahat dengan cukup," jawab dokter itu dengan tersenyum.

"Pacarmu, hm?" Tanya dokter Irwan. Pasalnya ia tahu betul watak Vandy, yang tidak pernah peduli dengan keadaan sekitarnya, selain orang-orang terdekatnya. Ia juga tak pernah melihat gadis ini, selama menjadi dokter langganan keluarga Vandy.

"Bukan."

"Lalu?" Tanya dokter Irwan seraya menarik turunkan alisnya, sengaja menggoda laki laki berwajah datar itu.

"Dokter pulang saja," Ucap Vandy, kemudian berjalan meninggalkan dokter Irwan

"Dasar anak muda," gumam dokter Irawan tersenyum seraya geleng-geleng.

Setelahnya ia bergegas pergi untuk kembali kerumah sakit.

Vandy mengamati wajah gadis menyebalkan itu. Saat tertidur wajahnya tampak damai. Namun, terlihat sekali, diwajah itu seperti ia sangat lelah.

"Enghhh..." Vina melenguh, perlahan membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah datar Vandy.

"Kak, Vina kenapa?" tanyanya bingung, mengapa ia tertidur dan Vandy menunggunya.

"Pingsan."

"Gua pingsan? Kok bisa?" Tanya Vina bingung.

"Saya mau pulang, obat diatas nakas," ujar Vandy kemudian bangkit dari duduknya.

"E-eh kak?"

Vandy mengernyit, seolah bertanya ada apa? Vina bangkit dari tidurnya. Kemudian, mendudukkan dirinya dengan senyum tulus yang mengembang.

"Makasih ya untuk kebaikan kakak."

"Makasih udah baik sama Vina," Vandy tidak menyahuti apa apa. Ia hanya mengangguk, kemudian bergegas pergi meninggalkan Vina.

"Hati hati."

Vina tersenyum miris. Kenapa malah orang lain yang membantunya? Kenapa malah orang yang tidak dekat dengannya, yang membantunya? Kenapa malah orang asing yang mau mempercayainya?

Revan, satu nama yang selalu membuat dadanya sesak. Tidak bisa dipungkiri ia begitu kecewa dengan laki laki itu. Laki laki yang tiga tahun menemaninya itu, tiba tiba menghancurkannya dengan tidak mempercayainya.

Tubuh Vina sangat lemas. Akhirnya ia merebahkan tubuhnya lagi, menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Lalu, memejamkan matanya.

*********

Revan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia benar-benar tidak baik-baik saja. Pikirannya kacau, kepalanya sangat pusing.

"Kenapa kamu tega, Vina?!"

"Laki laki mana yang kamu perbolehkan nyentuh kamu?!"

"Kamu jahat Vin, Jahat!"

Revan terus saja berbicara sendiri. Seakan tak menerima ini semua terjadi. Ia tidak percaya takdir akan mempermainkan perasaannya seperti ini.

Revan menghentikan motornya, disalah satu danau, tempat ia menumpahkan segala resahnya.

Ia pernah mengajak Vina kesini. Saat itu, Vina sedang menangis karena bertengkar dengan mamanya. Revan mengajak Vina kesini, dengan membawakannya bakso mercon pedas kesukaan gadisnya itu.

ALVINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang