Ketakutan Anita

2.2K 176 43
                                    

Happy Reading ❤️
Jangan lupa follow, vote, dan komen 😊
__________________

Dalam sebuah taxi yang ditumpanginya, Anita tak henti membendung air mata. Gadis itu terus terisak. Anita benar-benar tak menyangka, Restu tega merenggut mahkota yang sudah ia jaga selama 17 tahun ini.

"Ada masalah sama pacarnya ya mbak?" tanya supir taxi.

"Iya Pak."

"Jahat banget ya pacarnya udah buat mbak nangis. Jangan nangis lagi atuh ntar cantiknya ilang."

"Bapak bisa aja," jawab Anita menghapus air matanya yang terus mengalir. Gadis itu memegang dadanya yang terasa sesak.

Handphone Anita berdering. Gadis itu segera meraih handphonenya lalu menempelkan ke telinganya.

"Assalamualaikum, Pi."

"Waalaikumsalam kamu dimana Nita?"
Terdengar nada kekhawatiran di sana.

"Nita lagi di jalan pulang Pi, maaf tadi gak sempat ngabarin Papi soalnya ada tugas kelompok mendadak." Anita berbohong. Anita tahu bohong itu dosa, apalagi kepada orang tua namun dirinya bisa apa? Ia terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya. Takut Papinya marah, kecewa, apalagi sampai mengusirnya dari rumah.

"Jangan gitu lagi ya Nita! Papi khawatir takut putri Papi kenapa-napa!"

"Iya Pi maafin Nita, gak lagi deh."

"Ya sudah Papi tutup telponnya ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Anita kembali memasukkan handphonenya ke dalam tas. Anita menghela napas panjang sambil memandangi pemandangan di luar dan sekilas pikirannya kembali teringat akan perbuatan Restu.

"Nicolas brengsek, tapi kamu jauh lebih brengsek Restu kamu jahat!"

***

"Hahaha gila sumpah enak banget, kenapa gak dari dulu gue gituin Anita," ucap Restu merebahkan tubuhnya di kasur empuk saksi percintaan mereka tadi.

"Untung gue rekam." Restu tersenyum licik sambil membuka layar handphonenya dan melihat hasil videonya.

Restu mengalihkan pandangannya yang awalnya pada handphone kini mengerling ke arah pintu. Ia mendengar suara mamanya memanggil.

"Restu."

"Iya Mah." Restu melangkah menuju pintu lalu membuka pintu untuk mamanya.

"Mama sama Papa udah pulang?"

"Iya emang kenapa? Gak suka ya Mama sama Papa pulang cepat." Irena tersenyum menatap putra bungsunya itu.

"Gak gitu Mah, cuma gak biasanya aja Mama sama Papa pulang secepat ini."

"Yaudah ayo sini Mama ada bawain oleh-oleh dari Jerman." Dengan senang hati Restu mengikuti Irena melangkah ke ruang tamu. Restu sangat senang mendapat sneakers yang tentu harganya sangat mahal dari mamanya lalu memeluk wanita paruh baya itu.

"Makasih Mah."

"Sama-sama sayang."

"Udah belajar?" tanya Hans melihat putranya yang tengah memeluk istrinya.

"Udah Pa."

"Ingat ya kamu harus terus belajar giat supaya kamu bisa kuliah di Jerman. Setelah kamu lulus nanti kita akan pindah ke Jerman."

"Pah!" Irena menatap suaminya itu dengan penuh pemberontakan.

"Gak ada penolakan Mah."

Sedari tadi Artha terus mengetuk pintu kamar putrinya untuk mengajak makan malam. Namun Anita terus menolak, katanya sudah kenyang. Padahal dari pulang sekolah Anita belum juga menyentuh makanan. Artha bertanya kenapa namun putrinya hanya diam tak menjawab. Pria itu nampak khawatir dengan keadaan sang putri. Tak biasanya Anita bersikap seperti ini.

"Papi makan sendiri aja."

"Kamu ada masalah, kalau ada masalah bisa ceritain ke Papi."

"Nggak ada kok Pi ... Papi makan aja. Jangan khawatirin Nita."

Artha menghela napas panjang. Rasanya malam ini sangat sulit untuk mengajak sang putri makan malam.

Setelah kepergian Papinya. Anita menutupi wajahnya dengan bantal. Dadanya terasa sesak karna lagi-lagi mengingat perlakuan brengsek sang kekasih kepada dirinya apalagi disaat mengingat kata-kata menyakitkan yang diucapkan oleh Restu.

"Gue gak cinta sama lo bodoh!"

"Hiks, Restu kenapa kamu jahat banget sih!"

***

"Gila lo hebat banget Res!" puji Sherly pada Restu setelah cowok itu menceritakan semuanya pada gadis di sampingnya.

"Tapi tuh cewek gak bakal hamil kan?" Terlihat ada sedikit ketakutan di raut wajah Restu.

"Gak mungkin lah, lo kan cuman sekali lakuinnya. Lagian kenapa gak pake pangaman sih."

Sherly merangkul pundak Restu, menepuk-nepuknya. "Lo tenang aja pasti gak bakal jadi."

"Seyakin itu lo?"

"Yakin seratus persen!"

Restu mengamati arloji di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Cowok itu pun akhirnya pamit pulang.

"Oh ya gue udah bayar semua makanannya."

"Ughh Restu baik banget. Makasih ya."

"Iya sama-sama yaudah kalau gitu gue pergi dulu ya." Restu melangkahkan kakinya ke luar dari kafe. Menuju parkiran lalu masuk ke dalam mobil kemudian melaju menuju rumahnya.
Jangan sampai jam sepuluh, nanti bisa-bisa ia dimarahi habis-habisan oleh Papanya, batin Restu.

Di tempat lain, tepatnya di rumah Anita. Di kamar gadis itu sendiri terus saja menangis. Sedari tadi Anita terus menangis di tengah keheningan malam. Anita benar-benar takut, takut apabila nanti ada malaikat kecil akan tumbuh di rahimnya.

"Jangan sampai itu terjadi! Nita gak mau buat Papi kecewa. Nita gak sanggup liat wajah marah dan kecewanya Papi," ucap Anita lirih seraya menghapus air matanya.

Pandangan Anita tertuju pada sebuah figura terletak di atas nakas samping tempat tidurnya. Dimana dalam foto itu ada dirinya dan Restu yang tersenyum manis.

"Aku tulus mencintai kamu Res, tapi kenapa kamu balas dengan hal yang bahkan gak pernah aku bayangkan sebelumnya."

"Kamu jahat Res! Kamu jahat!" Anita melempar figura itu, membuat kacanya pecah hancur berserakan. Anita benar-benar sangat kecewa atas perlakuan Restu padanya.

"Jangan Res!"

"Arghh diem lo!"

"Sa-sakithh"

"Peduli amat!"

"Setelah ini lo bakal hancur sehancur hancurnya Nita!"

❤️❤️❤️

Emang berat sih di posisi Nita sekarang, dimana dia harus menyembunyikan ketakutannya,

Kasih semangat yuk buat Anita😊

Ruined By You Where stories live. Discover now