Rumah Restu

1.9K 249 49
                                    

Happy Reading ❤️
Jangan lupa follow, vote, dan komen 😊
_________________

Ke-enam remaja putri yang tak lain adalah Anita, Audrey, Viola, Sherly, Aurel, dan Citra kini sedang menjalani hukuman mereka di bawah teriknya sinar matahari. Cuaca memang tidak bisa ditebak, yang tadinya gerimis sekarang menjadi panas. Udara yang terasa panas membuat Anita dibanjiri keringat namun gadis itu memilih untuk tetap menjalani hukuman. Pertama kali dihukum membuat tubuh Anita terasa lelah karna kelamaan berdiri di tengah lapangan sekolah nan luas.

"Ini semua gara-gara lo Nita!" teriak Sherly kesal.

"Lo bisa diam gak sih! Lo mau hukuman kita ditambah lagi!" sahut Audrey tak kalah kesal sembari mendelikkan mata pada Sherly.

"Iya Sher, mending diem deh. Kaki gue udah pegal nih kalau tiba-tiba hukumannya ditambah karna kita ribut lagi bisa-bisa kaki gue copot nih." Citra mengusap keringatnya yang bercucuran di wajah.

Sherly memutar bola matanya, lalu mengangguk membenarkan apa kata temannya yang bernama Citra. Lagipula di ujung sana bu Dona sedang mengawasi mereka. Pantauan yang sungguh membuat jantung jedag jedug.

Restu yang baru saja keluar dari toilet tersenyum remeh melihat Anita mendapat hukuman, entah karna apa tapi itu cukup membuat Restu merasa senang. Restu kaget lalu menoleh saat merasa pundaknya ditepuk oleh seseorang.

"Itu Anita kan?" Pak Amir, guru yang mengajar bidang study Ekonomi itu mengamati ke-enam gadis yang sedang dihukum di tengah lapangan.

"Iya Pak," jawab Restu.

"Kok bisa, baru pertama kali bapak liat siswi seteladan Anita dihukum. Kenapa? kamu tahu penyebabnya." Restu menggelengkan kepala pertanda tidak tahu penyebabnya.

"Itu ada Sherly juga, kayaknya Anita berantem sama Sherly deh," tebak Restu.

"Entahlah, ya sudah kamu masuk kelas sana!" titah pak Amir langsung diangguki oleh Restu. Cowok itu pun melangkah menuju kelasnya.

Di koridor saat hendak menuju kelas, tanpa sengaja Restu melihat pertengkaran antara Nicolas dan para adik kelas. Bahkan Restu melihat, Nicolas tak segan-segan melayangkan pukulannya jika adik kelas mereka tidak mau memberinya uang. Restu melangkah menghampiri Nicolas bermaksud ingin menghentikan aksi buruk Nicolas.

"Jangan di kasih!" tegas Restu saat melihat adik kelas mereka yang sudah ingin memberikan Nicolas uang. Mata Nicolas berkilat marah melihat kedatangan Restu.

"Cecunguk sialan, ngapain lo di sini? Enggak usah sok jadi pahlawan deh, sana belajar di kelas!"

"Gue cuman mau nyelamatin mereka dari kebiasaan buruk lo itu Nico! Lo kan kakak kelas harusnya lo bisa jadi contoh yang baik buat mereka," tegur Restu membuat Nicolas terkekeh mendengar. Lalu tanpa Restu duga, Nicolas melayangkan pukulan ke arahnya hingga mengenai wajah Restu.

"Sshh," ringis Restu merasakan sakit di sudut bibirnya.

"Gimana? Enak? makanya jangan sok jadi pahlawan kesiangan lo bangsat!"

Restu menatap Nicolas sengit, tangannya mengepal. Saat ingin melayangkan pukulan bermaksud membalas, tangan Restu berhenti tepat di depan hidung Nicolas.

"Kalau gue ladenin nih orang gak jelas pasti nama baik gue akan tercoreng di sekolah ini, mending gue tinggalin aja," kata Restu dalam hati.

Restu menurunkan tangannya lalu tanpa sepatah katapun pergi meninggalkan Nicolas yang masih kebingungan.

"Anjing sialan lo! Bilang aja nggak berani sama gue!" ledek Nicolas meremehkan, namun Restu hanya mengabaikannya membuat cowok itu kesal setengah mati.

Teettt teettt.

Bel istirahat berbunyi hukuman pun selesai. Saat ini di kantin Anita bersama Audrey dan Viola langsung memesan makanan karena saking hausnya satu botol minuman pun langsung habis hanya dalam sekali tegukan. Tak lama soto ayam pesanan mereka pun terhidang di atas meja dan siap untuk disantap.

"Nita kenapa lo cemberut sih?" tanya Viola yang menyadari ekspresi wajah Anita saat ini.

"Aku sedih Vio,  aku ketinggalan dua mata pelajaran. Baru kali ini aku nggak masuk karena dihukum," curhat Anita.

"Ini semua gara-gara nenek sihir itu! Arghh, pengen gue tebas kepalanya!" greget Audrey dengan wajah kesal.

"Iihh ngeri banget lo Drey," sambung Viola yang tadinya di sebelah Audrey kini berpindah tempat duduk ke samping Anita.

***

Pulang dari sekolah terpaksa Anita harus berjalan kaki. Papinya baru saja menelponnya dan mengabari kalau hari ini beliau tidak bisa menjemput karena ada kesibukan di kantor yang pekerjaannya tidak bisa ditinggalkan. Kedua sahabat Anita pun sudah pulang dan lebih apesnya lagi uang saku Anita habis ludes sehingga membuatnya tidak bisa menaiki taxi. Anita celingak celingukan mencari orang baik syukur-syukur ada yang mau mengajaknya pulang bersama.

Pandangan Anita jatuh pada seorang ibu yang hendak menyebrang jalan. Mata Anita melotot sempurna saat melihat lajunya kenderaan ingin melintas dan mengarah pada seorang ibu yang tengah menyebrang itu. Tanpa basa-basi dengan secepat kilat Anita berlari dan menyelamatkan ibu itu.

"AAAAAAA!!!" Teriak ibu itu karena kaget.

"Sshh ...." ringis Anita saat tubuhnya terjatuh di pinggiran trotoar. Badannya terasa sakit dan kakinya terkilir.

"Ya Allah nak," panik ibu itu.

"Nggak papa tante."

"Kaki kamu berdarah nak, yaudah ikut tante. Taxi! Taxi!" panggil ibu itu saat mendapati sebuah Taxi lewat di depan mereka. Anita pun hanya bisa pasrah, ia tak tahu akan dibawa kemana. Atau mungkin kerumah sakit? entahlah.

Ternyata tebakan Anita tentang rumah sakit salah. Kini sampailah mereka di sebuah rumah mewah. Terlihat sekali ibu ini berasal dari keluarga konglomerat. Bisa dikatakan rumah beliau pun lebih mewah daripada rumah Anita. Beberapa buah mobil dan motor terparkir di halaman rumah.

Setelah membayar, ibu itu membawa Anita untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Kamu duduk di sini ya, tante mau ambilin obat buat kamu." Anita mengangguk sembari menunggu di sofa ruang tamu.

Saat menunggu, Anita mendengar suara derungan motor berhenti di depan rumah. Dan tak lama kemudian masuklah seorang laki-laki yang sangat Anita kenali.

"Restu."

Restu menatap bingung ke arah Anita, bisa-bisanya gadis yang ia benci menginjakkan kaki di rumahnya.

"Eh anak mama udah pulang," sapa Irena sambil membawa perlengkapan P3K ditangan beliau.

"Nita kenapa ada di sini?" tanya Restu.

"Loh kamu kenal sama gadis cantik ini." Anita tertunduk malu saat mendengar dirinya dikatakan 'gadis cantik' oleh mama Restu.

"Dia sekelas sama aku."

"Ohh pantes, yaudah nih kamu obatin kakinya emm siapa namanya ... oh iya Nita kan, kamu obatin Nita mama mau ambilin jus sama cemilan dulu di dapur." Irena langsung memberikan kotak P3K itu pada Restu tanpa mendengar persetujuan dari putranya. Restu berdecak kesal, selalu saja begini.

Restu berjalan mendekati Anita. Lalu duduk berlutut di depan Anita, tanpa banyak bicara cowok itu mengobati kaki Anita dengan telaten. Anita menatap Restu yang sedang mengobati kakinya. Entah kenapa saat melihat Restu sedekat ini membuat jantung Anita berdetak kencang. Restu memang tampan. Anita langsung mengalihkan pandangannya saat Restu balik menatapnya.

"Ah sakit Res," keluh Anita saat Restu menekan di bagian lukanya dengan sengaja. Anita melihat Restu berdiri dan melangkah pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun.

"Aneh," gumam Anita saat melihat kepergian Restu.

♥♥♥

Menurut kalian Anita cocok gak sih sama Restu?

Sejauh ini suka gak sama cerita Ruined by You?

Ruined By You Where stories live. Discover now