Happy reading
.
.
.
.
.
.
Saat menikmati jajangmyeon, Jungkook, Mingyu, dan Yugyeom tiba-tiba dikejutkan oleh suara gebrakan meja.
Ketiganya menoleh dan mendapati geng Winner yang merupakan teman-teman sekelas mereka. Ah, bukan teman dekat sebenarnya.
Geng Winner yang beranggotakan Seunghoon, Jinwoo, Sungyoon, dan diketuai oleh Mino itu seringkali mencari masalah dengan Jungkook, Mingyu, dan Yugyeom. Namun, Jungkook yang seringkali diganggu oleh geng Winner.
"Hehh, sana pindah. Kita mau duduk disini." Mino berucap dengan sombong sambil bersedekap dada.
Yugyeom menoleh ke arah seisi kantin.
"Tempat duduk masih ada beberapa yang kosong, tinggal duduk aja susah banget." tukas Yugyeom ketus. Oh ayolah, Yugyeom masih lapar dan sekarang ada yang mengganggunya untuk menikmati jajangmyeon buatan ibu kantin yang sungguh enak itu.
"Kalau nggak ganggu kita sehari bisa sepi hidup mereka, Yugi." timpal Mingyu santai sambil menyeruput jajangmyeon miliknya.
Terlalu santai memang si Mingyu itu. Situasi lagi memanas malah enak-enaknya melanjutkan makan. Katanya, perut itu urusan pertama dan kalau geng Winner ngajak baku hantam, tenaganya sudah terisi full.
Seharusnya Mingyu pesan susu saja tadi, biar lebih maksimal tenaganya untuk meladeni geng Winner itu.
Lupakan sejenak pikiran absurd Mingyu itu.
Mino yang melihat mereka begitu santai menjadi geram. Mata Mino melihat ke arah Jungkook yang sedari tadi diam menonton.
"Jeon Jungkook sebaiknya ajak dua temanmu ini buat pergi dari sini." suruh Mino.
Jungkook yang mendengarnya hanya menaikkan alisnya.
"Kenapa aku harus mematuhimu?" sahut Jungkook santai.
"Ya!! Kau berani melawanku hah?!" Mino meraih kerah seragam yang Jungkook kenakan.
Jungkook menatap Mino santai yang membuatnya berdiri tiba-tiba karena kerah seragamnya ditarik paksa.
"Kenapa aku harus takut padamu?" tantang Jungkook.
"Kau!!!" Mino tiba-tiba mendorong Jungkook ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey
FanfictionSlow Update~~ Aku tak tahu apa yang salah. Sejak aku kecil, aku punya tanda tanya biru di dalam benakku. Mungkin itu sebabnya aku hidup begitu keras. Tapi saat kulihat kebelakang, aku hanya berdiri terdiam. Bayangan kabur yang menelanku. Tetap saj...