3. Vero

88 82 51
                                    

Matahari belum menampakkan diri sepenuhnya. Pagi hari yang damai, membuat Alana mengantuk. Ia menopang dagunya dengan telapak tangan, duduk menyendiri di bangku kelas paling pojok.

Hari ini merupakan hari kedua MOS, para siswa baru tampak membawa barang-barang unik yang digunakan untuk keperluan MOS. Mereka asik berbincang-bincang satu sama lain. Alana hanya melihat mereka dalam diam, ia merasa iri karena rata-rata siswa mudah untuk bergaul.

Alana merasa tidak percaya diri soal pertemanan, untungnya ia mempunyai Widya yang sangat baik hati. Baginya, mempunyai satu sahabat yang setia itu sudah lebih dari cukup.

Alana bergumam, "Widya kapan datengnya ya."

Alana beranjak meninggalkan kelas. Ia berdiri di depan kelas Widya, menunggu Widya datang. Hari ini mereka belum bertemu karena Alana lebih dulu datang ke sekolah.

Tidak perlu lama menunggu, Widya terlihat berlari kencang menuju kelasnya dengan napas tersengal-sengal.

"Widya! Kok baru dateng?" tanya Alana.

"Gue bangun kesiangan. Bang Rangga juga ngeselin, jadinya gue telat."

Alana ingin membuka suara, namun bunyi bel sekolah mendahuluinya. Mereka terpaksa berpisah dan memasuki kelas masing-masing.

Setiap siswa di kelas Alana sudah memakai name tag masing-masing. Para kakak pembimbing sudah bersiap melakukan pemeriksaan, untuk melihat apakah barang yang diminta sudah sesuai kriteria atau belum. Alana lolos pemeriksaan karena ia membawa barang yang sesuai.

Ada sedikit siswa yang tidak membawa beberapa barang, sehingga diberikan hukuman. Hukumannya yaitu memberi beberapa gombalan kepada kakak-kakak pembimbing.

Kakak kelas yang tiba-tiba datang masih belum berhenti hingga sekarang. Tetapi para siswa tidak merasa terganggu akan hal itu, karena beberapa dari mereka ikut meramaikan suasana di kelas.

Usai murid-murid selesai diberi hukuman, kakak-kakak pembina tiap kelompok memberikan misi, yaitu membersihkan kawasan sekolah yang sudah ditentukan. Kelompok Alana mendapatkan bagian membersihkan halaman belakang sekolah. Semua siswa sempat mengeluh, akan tetapi keluhan tersebut berakhir cepat ketika semuanya mulai menikmati pekerjaan tersebut.

Setelah misi mereka selesai dengan baik, setiap siswa kembali ke kelas masing-masing. Mereka kembali menjalankan aktivitas yang sudah di tentukan oleh kakak pembina hingga bel istirahat berbunyi. Alana dan Widya menghabiskan waktu istirahat bersama lagi. Widya mulai bercerita bahwa dia dihukum karena ukuran name tagnya yang salah. Alana selaku pendengar cerita Widya hanya merespon dengan tertawa ringan.

Mereka mengobrol hingga bel selesai istirahat memisahkan mereka. Setelah itu mereka menjalankan tes untuk penentuan kelas sesungguhnya. Tes berjalan dengan lancar, semua siswa diperbolehkan untuk istirahat sejenak.

Tidak lama, kakak pembina datang kembali dan kali ini memberikan misi yang cukup sulit, yaitu meminta tanda tangan anggota OSIS minimal 10 orang. Alana menghela napas panjang. Bagaimana tidak, para siswa berebut untuk meminta tanda tangan orang yang bahkan tidak dikenal. Alana merasa itu sangat lucu.

Para siswa di kelas Alana seketika langsung berlari keluar dengan cepat menuju lapangan sekolah. Tentu saja mereka membawa pena dan kertas yang sudah disediakan oleh kakak pembina.

Alana ikut bangkit dari kursinya dan keluar dari ruangan menuju lapangan. Ia segera mencari anggota OSIS yang tidak begitu ramai dikerumuni siswa.

Beberapa waktu kemudian, Alana sudah mendapatkan 4 tanda tangan. Untungnya Alana tidak begitu disulitkan oleh tantangan dari setiap kakak kelasnya. Untuk mendapatkan tanda tangan setiap anggota OSIS, mereka perlu melakukan tantangan yang diminta.

Penagih CintaWhere stories live. Discover now