2. Masa Orientasi Siswa

81 81 33
                                    

Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa masa-masa SMP sudah terlewat begitu saja. Ujian yang penuh tekanan dan materi sudah dituntaskan, kini yang tersisa hanya menunggu pemberitahuan penerimaan siswa baru di jenjang SMA.

Alana merasa tidak percaya diri akan nilai ujiannya, ia takut tidak akan lolos ke sekolah yang diinginkannya.

Kecemasan Alana berubah menjadi rasa lega ketika dirinya dan Widya resmi diterima sebagai siswa baru SMA 1 Mars. Alana sangat bahagia, bahkan ia tidak pernah berhenti memikirkan hal tersebut.

Alfa, Nala diterima di SMA favorit. Kalau Alfa SMA dimana? tanya Alana dalam hati.

Rasa rindu kembali menghampiri, membuatnya merasakan sesak untuk kesekian kalinya. Alana meraih bingkai foto yang terletak di atas nakas. Ia tersenyum tipis melihat foto tersebut, foto masa kecilnya dengan Alfa. Alana selalu mengingat Alfa tanpa terlewatkan satu hari pun, ia benar-benar tidak bisa terbebas dari kenangan masa lalunya.

"Lana, Widya dateng nih!"

Teriakan Ibunda Alana membubarkan lamunannya. Ia segera menyimpan foto tersebut kemudian turun ke bawah, di sofa terlihat Widya sedang mengobrol ringan dengan Bunda Alana.

"Nah, itu Alana udah turun. Tante tinggal dulu ya."

"Iya Tante."

Alana segera mengambil alih tempat duduk di samping Widya.

"Widya!" Alana segera memeluk sahabat kesayangannya itu.

Widya hanya tertawa kecil kemudian membalas pelukan Alana.

"Iya-iya. Kapan mau di lepas pelukannya?"

"Nggak mau lepas. Tapi Lana kasian sama Widya, jadi Lana lepas aja deh."

Widya yang mendengar jawaban polos Alana terkekeh kemudian mengusap kepalanya. "Kita udah SMA aja ya Lana."

"Iya, Lana seneng banget bisa satu sekolah lagi sama Widya."

"Gue juga seneng satu sekolah lagi sama lo. Ngomong-ngomong, besok Lana berangkat sekolah sama siapa?"

"Lana besok kayaknya dianterin sama Ayah. Widya sama siapa?"

"Gue sama Abang."

"Sama Bang Rangga?"

"Iya, emang kenapa?"

"Nggak apa-apa. Widya mau janjian nggak ketemunya dimana? Biar kita nggak sendirian, Lana gugup kalau sendirian."

"Boleh, gimana kalau kita ketemuan di depan gerbang sekolahnya aja?"

"Setuju!"

Alana mengajak Widya memasuki kamarnya, kemudian mereka memutuskan untuk menonton film The Boss Baby. Tentu saja film tersebut atas rekomendasi Widya, karena dia tak ingin sahabatnya menonton film romantis yang merenggut kepolosannya.

***

Sinar mentari pagi yang mengintip lewat jendela membangunkan Alana dari mimpi serba hitamnya, Alana segera bangun dan bersiap untuk menjalani MOS pertamanya di bangku SMA. Usai Alana bersiap, ia segera menuju ke ruang makan. Di sana tampak sang Ayah yang sudah berpakaian rapi sedang menyantap sarapannya bersama Istri tercintanya.

Ayah Alana menyambut Alana dengan senang, "Selamat pagi Anak kesayangan Ayah. Sini sarapan bareng, semuanya udah siap kan?"

"Pagi juga Ayah. Udah siap semua kok, Lana tinggal sarapan terus berangkat deh."

"That's my daughter. Ayo buruan sarapan, biar nggak telat."

"Siap!"

Segera setelah sarapannya habis tak bersisa, Alana berpamitan kepada Ibundanya lalu berangkat ke sekolah diantarkan oleh Ayahnya.

Penagih CintaOn viuen les histories. Descobreix ara