16. The Day

64 7 3
                                    

HAPPY READING 💜💜

Jangan lupa vote n comment nyaa yaaa...

luvv luvv

"Hyung, aku dan ibu akan ke tempatmu besok."

Bukan sesuatu yang baik saat pagimu disambut oleh ucapan yang teramat kau hindari. Jimin baru saja membuka matanya dan langsung teringat pesan Jungkook kemarin. Ia menghela napas sesudah ia merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku.

Ia melihat ke sekelilingnya. Yeseul sudah tak berada di kamar. Mungkin sedang menyiapkan sarapan, pikirnya. Merasai perutnya yang juga kelaparan, Jimin bergegas ke dalam kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu, ia langsung menuju dapur.

Benar saja, Yeseul tengah menyiapkan sarapan. Di meja makan ada Yoojin yang masih lengkap dengan piyamanya, memandangi Yoojin yang tengah mengoles selai cokelat di tiap lembaran roti dengan telaten.

"Selamat pagi," ucap Jimin menarik atensi keduanya.

"Pagi, Jim."

"Selamat pagi juga, Papa."

Jimin mendudukan dirinya di sebelah Yoojin. Mengikuti Yoojin dengan sangat detail, mulai dari tangan yang menangkup kedua pipi, mata yang memandang Yeseul, hingga kepala yang bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri.

Yoojin melirik Jimin dengan heran. "Papa kenapa mengikuti Yoojin?"

"Memangnya tidak boleh?"

"Yoojin 'kan ingin melihat Mama."

"Sama. Papa juga."

"Tidak boleh samaan begitu. Papa cari gaya lain saja. Yoojin sedang mau dilihat cantik sama Mama."

Yeseul tertawa melihat tingkah mereka berdua. "Yoojin cantik setiap saat kok." Yeseul berkata sambil meletakkan piring yang berisi tiga lembar roti dengan selai cokelat. "Sudah, yuk, sarapan dulu."

"Tumben hanya ada roti, apa bahan masakannya sudah habis?" Jimin bertanya dengan mulut yang sedang mengunyah roti.

"Masih ada. Tapi maaf ya... Hari ini aku sedikit tidak enak badan."

"Kau sakit? Sejak kapan? Bukankah kemarin baik-baik saja? Apakah sakit sekali?" Jimin memandangi raut wajah Yeseul. Tangannya meraih tangan Yeseul dan mengusapnya. Sorot matanya menatap khawatir ke arah Yeseul. Begitu pun Yoojin yang juga memandang khawatir pada Yeseul. Bahkan rotinya sudah ditaruh kembali ke atas piring.

"Mama perlu ke dokter?"

"Jangan terlalu khawatir begitu, ah. Aku baik-baik saja, Jim," jawabnya. Bergantian menoleh ke arah anaknya. "Mama hanya perlu istirahat saja, sayang. Tidak perlu ke dokter." Yeseul mengusap kepala Yoojin.

"Apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Jimin sekali lagi.

"Hanya sedikit pusing."

"Apa kita masih punya ibuprofen?"

"Masih. Aku baru saja mengeceknya tadi pagi."

"Syukurlah."

Yeseul menangkap wajah Jimin yang tak terlihat lega sedikit pun. Apa karena dirinya sakit?

"Kau tak terlihat lega. Ada apa? Pekerjaan rumah masih bisa kubereskan, jika itu yang kau khawatirkan, Jim," ucap Yeseul menilik Jimin.

"Hei, jika seorang istri sedang sakit maka suami yang menggantikannya. Aku bisa membantumu dengan itu. Aku juga tidak masalah dengan pekerjaan rumah. Hanya saja...." Jimin berhenti bicara. Terlihat ragu sekaligus enggan.

RED THREADWhere stories live. Discover now