011

39 8 0
                                    

Saat ini Ilan dan Zidan sedang berada di kantin, mereka sedang memakan makanan yang sempat di pesannya tadi. Ilan memesan batagor sedangkan Zidan memesan mie ayam.

"Lan, lo mau nggak. kita bikin PR fisika bareng? soalnya gue kurang ngerti, sama penjelasan bu Maudy tadi."

Ilan yang sedang asik-asik memakan batagornya pun, mengalihkan pandangan pada Zidan. "Oh yaudah, kalau gitu. kerjain PRnya di mana?"

"Di rumah lo aja, gimana?" usul Zidan.

"Nggak! jangan di rumah gue," tolak Ilan dengan cepat. ia tak mau kejadian yang waktu itu terulang lagi.

"Kenapa? lo takut. kalau gue berantem lagi sama abang lo?" tebak Zidan tepat sasaran.

"Lo tenang aja, gue nggak akan berantem sama dia. kalau di nggak cari masalah duluan."

Ilan menghela nafasnya berat. "Nggak usah di rumah gue, di tempat lain aja."

"Kalau gitu, di rumah gue aja."

"Ish, nggak mau. gue takut ketemu orang tua lo."

"Takut ngapain, orang tua gue baik-baik kok," ucap cowok itu meyakinkan.

"Tetap aja Zidan, gue takut."

"Gue bentar, sendirian di rumah. orang tua gue lagi pergi, jadi lo nggak perlu takut."

"Oh, yaudah kalau gitu," ucap Ilan tersenyum.

"Dari tadi, kek," kesal Zidan.

Prok! prok! prok!
Tiba-tiba saja ada tiga orang pemuda, berpakaian seragam SMA yang sama seperti Ilan dan Zidan. datang betepuk tangan sambil menghampiri meja Ilan dan Zidan.

"Oh, jadi ini. murid baru sekolah ini," ucap cowok itu terkekeh.

"Mau aja dia, temanan sama si ndut," ucap teman satunya lagi tersenyum kecut.

Di hina lagi, nggak pernah apa? satu hari aja nggak ada yang hina gue, batin cewek itu sedih. Ilan tau ndut, yang di maksud itu adalah gendut. tapi kayanya Zidan tak mengerti arti kata ndut
Itu.

"Terus? apa urusannya sama lo, kalau gue temanan sama dia," ucap Zidan santai, sambil menunjuk Ilan menggunakan dagunya.

sedangkan cewek itu bingung melakukan apa saat ini. dia mau mengajak Zidan pergi, tapi kayanya mustahil. cowok itu sangat keras kepala, sama kaya Dina. sepupunya. Ilan saat ini cuma bisa berdoa, dalam hati. supaya ada pertolongan terhadapnya dan Zidan.

"Wow, songong bat lu, murid baru."

"Kalian siapa, si? nggak usah sok kenal!" ucap Zidan mulai kesal pada ketiga cowok itu.

Ketiga cowok itu tertawa. apa ada yang salah, sama perkataan Zidan? memang betul kan mereka sok kenal padanya.

"Yaudah, kalau gitu kita kenalan dulu, nama gue Deno, ini dua teman gue. namanya Erza sama Johan," ucap cowok itu memperkenalkan dirinya, sambil mewakili kedua temannya. tak lupa lagi Deno mengulurkan tangannya pada Zidan.

"Dan kita bertiga di sini, kakel lo," ucap Johan menambahkan.

"Gue Zidan, nggak usah capek-capek ulurin tangan lo. soalnya gue nggak mau jabatan sama tangan lo, yang banyak kumannya itu," ucap Zidan tenang, tapi bisa membuat ketiganya itu tampak emosi.

Biar lo kakel gue, jangan harap gue tunduk sama lo, batin Zidan.

"Zid, kita pergi aja yuk," bisik Ilan sangat pelan, tapi bisa di dengar oleh Zidan. cewek itu sangat takut kalau Zidan berantem, kedua kalinya karnanya.

Batin Yang TersakitiWhere stories live. Discover now