01

244 22 0
                                    

"Heh, gendut ngapain lo di sini," terial seorang laki-laki berpenampilan urakan menghampiri Ilan yang sedang baca buku. dia tak sendiri, tapi dengan kedua temannya.

Ilan yang sedang sibuk membaca bukunya tadi, ia pun menoleh ke arah suara itu, dia menatap ketiga cowok itu dengan tatapan sedikit takut. karna sepertinya dia sudah bisa menduga apa yang akan dilakukan mereka bertiga padanya.

Ya allah mereka mau ngapain lagi di sini," batin Ilan, ia menundukan kepalanya takut.

"Woy! teman gue nanya malah nggak di jawab," marah cowok yang bernama Deno, karna tak kunjung ada jawaban dari bibir Ilan.

"Nggak bisa ngomong kali dia Za, mulut dia udah ketutup kali sama jerawatnya yang banyak itu," timpal teman satunya lagi yang bernama Johan.

"Bisa jadi si, omongan lo ada benernya," kekeh cowok bernama Erza itu.

" Eh guys, kalau di liat-liat nih  kayanya Ilan ini cewek terjelek, di sekolah ini, kan?" ucap Deno.

Erza dan Johan terkekeh.
"Bukan cuma terjelek di sekolah ini aja, tapi se-Indonesia," ujar Johan ikut meledek.

"HAHAHA," mereka bertiga tertawa puas, mereka sepertinya paling benci sama Ilan, padahalkan Ilan nggak ngapain-ngapain mereka?

Ilan semakin menundukan kepalanya. ada rasa sakit di dalam hatinya. sakit sekali rasanya di hina seperti ini, walaupun dia sering mendapatkan ejekan ini dari orang lain, tapi tetap saja ada rasa sakit di hatinya. Ingin sekali dia menangis saat ini, tapi dia tidak boleh kelihatan lemah di depan mereka.

"Udah jerawatan, gendut, nggak berguna nggak pantes lo hidup di dunia ini," ucap Erza "Mati aja lo sana!"

Nggak boleh nangis, tahan Ilan, tahan kamu kan kuat" batin Ilan menguatkan dirinya.

"Sumpah yah, lo adalah cewek terjelek yang pernah gue temuin," ujar cowok yang bernama Deno itu.

Deg! tidak terasa air mata yang berusaha yang ia tahan sejak tadi menetes begitu saja membasahi pipi dan buku yang ia gengam dari tadi, Ilan dengan cepat menghapus air matanya dengan kasar menggunakan tangannya.

"Cengeng banget, baru digituin udah nangis." ledek Erza.

"Udah guys kita pergi aja dari sini, kasian tuh dia udah nangis," kekeh johan merangkul kedua sahabatnya itu pergi meninggalkan Ilan.

"Ayok, mata gue sakit nih lama-lama di sini," ujar Erza.

Mereka bertiga pun sudah pergi. Ilan mengangkat kepalanya perlahan. Air mata yang ia tahan dari tadi kembali membasahi pipinya, bahkan semakin deras.

"Sebegitu jijik kah diriku ini, sampe-sampe mereka menghina ku seperti itu," lirih Ilan.

"Aku adalah cewe terjelek yang pernah mereka temui," kekeh gadis itu tertawa miris. ia mengulangi perkataan Deno tadi.

"Siapa juga yang mau di lahirkan bentuk seperti ini, nggak ada!"

"Aku juga mau kelihatan cantik, tapi ini emang udah takdir!"

"Nggak ada yang bisa lawan takdir."

"Aku juga udah berusaha diet, tapi badan aku tetap nggak ada perubahan. dan aku juga nggak mau jerawatan kaya gini."

"Aku capek di hina begini terus."

"Tuhan, kapan kebahagiaan datang padaku," isak Ilan yang sudah tambah nangis.

Air mata Ilan semakin membasahi pipinya, mukanya memerah, matanya sembab, dia sangat frustasi hari ini.

"Aku juga nggak mau jerawatan, gendut, tapi ini udah takdir tuhan, aku cuma bisa menerimanya.

Batin Yang TersakitiWhere stories live. Discover now