22. SLEEPWALKING

15 8 0
                                    

Suatu malam aku bermimpi aku menemukan sebuah dunia yang amat berbeda dari tempat tinggalku saat ini. Aku tinggal di sebuah perumahan yang sangat tidak menyenangkan dengan tetangga yang kerap kali saling menggunjing satu sama lain. Jauh dari  keramaian kota, tempat tinggalku dikelilingi hutan hujan yang lebat dan hujan yang turun sepanjang tahun.

Saat tertidur aku akan jatuh kedalam mimpi yang sangat menyenangkan bahkan ia sangat nyata bagiku. Sebuah tempat tinggal berupa kota modern dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Sebuah tempat dengan tingkat efisiensi yang tinggi.

Jika ditempat tinggalku orang-orang berpergian menggunakan mobil atau kereta bawah tanah, ditempat itu orang-orang berpergian dengan sebuah papan tipis seperti skateboard yang bisa terbang. Tidak ada emisi tidak ada polusi.

Tempat itu sangat ramai dan cerah. Semua tempat terbuat dari platinum berwarna putih dengan teknologi yang tinggi. Bayangkan jika ditempatku tinggal teleportasi adalah hal yang mustahil maka lain halnya dikota ini. Ajaib segala sesuatunya sangat nyata dan jauh dari perkiraan manusia.

Malam itu aku melihat sebuah bangunan tinggi yang megah berwarna putih tampak berdiri kokoh di dekat ladang basah katika aku berjalan pulang dari sekolah. Lantas tanpa basa-basi aku menghampiri bangunan itu tak mempedulikan suara dibelakang milik entah siapa memanggilku terus memintaku kembali.

Saat hampir mendekati gedung itu hanya bersisa jarak 100 meter aku merasa ada sesuatu yang menghambat langkahku. Seperti genangan air yang cukup tinggi setinggi pinggang, aku berusaha untuk terus berjalan mendekat saat pemandangan gedung megah itu semakin memudar dan aku tersadar aku sedang berada didalam sebuah danau dan aku berjalan semakin ke tengah menenggelamkan separuh badanku.

Aku menatap sekeliling, tidak ada tanda-tanda keberadaan gedung itu , yang ada hanya hamparan air luas dikelilingi pepohonan lebat dan ayahku yang berhasil menahan langkahku agar tidak semakin menenggelamkan diri.

Yaah, begitulah kondisiku. Aku mengalami gangguan tidur yang sering disebut dengan sleepwalking selama ini aku selalu melihat gedung, jalan melayang, peralatan-peralatan canggihh dan sebuah kota ajaib ketika aku sedang tidur. Yep! Semua itu hanya mimpi, setidaknya begitulah ayahku dan dokter yang menanganiku berspekulasi. Tapi menurutku tidak, aku sangat yakin kota itu nyata.

Saat malam tiba dan aku tak bisa tidur aku hanya duduk diam dikamarku sambil menatap bulan dikejauhan yang cahanya menembus kaca jendela. Aku terus berpikir kota itu pasti nyata. Tak lama setelah aku melamun, sebuah tempat seperti stasiun kereta terlihat tak jauh dari rumahku.

Aku segera turun dan keluar dari rumah berusaha mendekati stasiun putih dengan teknologi xanggih itu. Aku berlari sekuat tenaga berusaha agar sampai sebelum stasiun itu menghilang, lantas aku merasa ada tangan kuat yang menarikku mundur dan stasiun itu segera menghilang. Aku menghela napas kesal padahal tinggal beberapa meter lagi.

Aku menoleh hendak marah saat kulihat mata ayahku terlihat kalut ketakutan sambil tangannya tetap mencengkram lenganku kuat-kuat. Aku menatap sekitar dan terkejut saat aku sadar kami berdua berada di tepian jurang curam dan tadi aku hendak berjalan kesana, jika yahku tidak menarikku di waktu yang tepat sudah pasti aku terjatuh.

“Ayah.. a aku hanya,” ucapku tergagap saat melihat air mata mengalir di pipinya.

“Tak apa nak itu hanya mimpi. Sleepwalking."

THE END

Selenophile [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang