11. SPRING CASTLE

14 9 0
                                    

Suatu pagi yang cerah aku terbangun disebuah ruangan asing. Ruangan berbentuk bulat dengan batu pualam sebagai dindingnya dan lantainya terbuat dari marmer. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah dinding yang berlubang dan atap yang ditutupi oleh tumbuhan merambat. Dari celah tanaman yang menjadi langit-langit tampak lagit biru cerah tak berawan.

Aku mengambil posisi duduk dan menatap sekeliling, kosong. Tidak ada orang lain disana dan hanya beberapa tumbuhan yang memenuhi sudut ruangan. Untuk sesaat aku merasa kepalaku sakit luar biasa. Aku tidak bisa ingat kejadian sebelumnya. Apa yang terjadi dan bagaimana aku bisa ada ditempat ini. Semakin aku mencoba untuk mengingatnya semakin kepalaku sakit seperti ditusuk ribuan jarum.

"Haloo, apakah ada orang?" tanyaku dengan suara serak. Lengang. Tidak ada jawaban selain suaraku yang memantul di dinding ruangan.

Aku mencoba berdiri dan mengelilingi setiap sudut ruangan itu. Kuraba setiap jengkal dinding yang ditutupi tanaman merambat berharap menemukan pintu atau celah jendela sebagai jalan keluar, tapi hasilnya nihil. Aku mencoba lagi dengan mengetuk-ngetuk dinding pualam yang berlubang berharap ada puing yang runtuh membentuk lubang yang lebih besar tapi sekali lagi nihil. Aku mencoba lagi dan lagi barangkali ada ada sudut atau jengkal yang terlewat. Tapi lagi lagi semuanya nihil. Ruangan itu rapat bahkan ketika aku mencoba mencari celah untuk memanjat dan m keluar ,melewati langit-langit yang terbuat dari tumbuhan merambat tapi tetap saja gagal.

"Haloooo! Apakah ada orang diluar?" seruku lagi berharap siapapun diluar bangunan ini bisa mendengarku.

"HALOOO! Siapapun tolong bantu aku keluar dari sini!" seruku sambil menggedor-gedor dinding pualan yang tampaknya sudah tua dan rapuh itu. Tapi yah, penampilan tidak selalu mencerminkan kenyataan bukan?

Lagi lagi dan lagi tidak ada jawaban. tanganku mulai lelah, dan tenggorokanku makin kering. Tubuhku terasa lemah dan skit kepala hebat membuat dunia ini seolah sedang berputar-putar. Aku jatuh terduduk mencoba menguatkan diri. Seandainya saja ada sebuah keajaiban. Perlahan mataku terasa kabur dan aku mulai kehilangan kesadaran.

Samar-samar kudengar suara bisik-bisik yang makin lama makin jelas. Rasanya aku sedang dikelilingi sekitar dua hingga tiga orang. Aku mencoba membuka mata dan meregangkan tubuhku yang terasa kaku. Tapi anehnya, aku tidak lahi merasakan tangan dan kakiku, badanku terasa sangat ringan seperti sebatang pohon kecil. Disekitarku Nampak dedaunan gugur berwarna cokelat dan kering.

"Hei kau sudah bangun?" sebuah suara membuatku menoleh. Aku terbelalak sebuah bunga matahari Nampak bicara denganku.

"Sepertinya dia terkejut?" suara lain berasal dari atas, setangkai bunga nampak menggantung.

"Ssstt kau menakutinya kau tahu?" sebuah tumbuhan mawar tak jauh dariku tampak bersuara.

Aku menoleh, menatap sekitar. aku masih berada diruang yang sama. Ruangan bundar dengan dinding pualam dan lantai marmer yang kini tertutup tanag dan daun-daun kering yang berserakan. Dibagian atap tumbuhan merambat dan saling mengait membentuk naungan dan membiarkan cahaya matahari menyelinap dari celah-celahnya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kalian tumbuhan bisa bicara?" tanyaku panik setengah ketakutan.

" Hei kau tidak ingat?" bunga matahari itu bertanya padaku dengan tatapan kasihan.

" Ingat apa?" tanyaku makin bingung. Yang aku ingat hanya saat terbangung diruang ini sendirian dan aku kelelahan meminta tolong lalu aku tertidur.

" Kau sudah tertidur dikastil ini selama kurang lebih mungkin 100 musim semi,"

"Kastil apa? Dan apa maksudnya tertidur selama 100 musim semi? Tidak ada manusia yang bisa tidur selama itu kau tahu?" ucapku tak mengerti.

" Tapi kau bukan manusia lagi sekarang?" ucap mawar didepanku.

"Apa maksudmu kalau aku bukan lagi manusia?" aku melihat kebawah dan betapa kagetnya aku tubuh manusiaku telah berganti menjadi batang pohon kecil, tanganku menjadi sepasang ranting kecil dan kakiku menancap ditanah seperti akar.

"Apa yang terjadi? Kemana tubuh manusiaku?" tanyaku panik. Tapi semua tumbuhan itu hanya menatapku kasihan dan sendu. Lalu bunga mawar yang ada didepanku bicara lirih.

"Kau tumbuh diatas jasadmu yang terduduk. Aku minta maaf."

THE END

Selenophile [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon