10. Bertemu

54 50 4
                                    

Happy reading semoga suka ya💗💗

Maaf ngaret lagi hehe🙏🙏

Masa depan adalah kebahagiaan sesungguhnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masa depan adalah kebahagiaan sesungguhnya. -Aura Keneshia Kirana.

Gue hancur lo hancur, cocok kan?
-Stella Augusta for Aura.

AURA POV

Hari ini hampir usai dengan datang nya langit sore, langit yang membuat siapapun terpana akan keindahan nya. Hamparan langit berwarna orange serta awan putih yang menghiasi turut memperindah suasana sore ini. Burung berkicauan tak mau kalah, angin berhembus dengan lembut, membuat pohon bergoyang mengikuti arah angin.

Aku berjalan seorang diri di koridor kelas, setelah mengantarkan Tari dan mendapat pesan dari Bang Rio. Tangan ku bergerak menggeser layar handphone, dengan kaki yang terus berjalan membuat aku tak melihat sekitar.

Dugh?!

"ANJING!" Seorang siswi tersungkur jatuh setelah menabrak ku.

"Sorry sorry." Kata ku membantunya berdiri.

"Are you okay? Ada yang luka?"

"Mbaknya, kalo jalan liat-liat dong." Ucap siswi tadi yang masih merapikan tasnya.

Aku diam seperti mengenal suara itu, tapi siapa?

"Sorry gue bener-bener nggak sengaja. Lo nggak papa ka--" Ucapan ku terpotong ketika siswi itu menatap aku.

"S-Stella?"

"Yes, Stella! Stella Augusta." Stella menunjuk name tag yang ada di seragam sekolah miliknya.

"Akhirnya gue bisa ketemu lo bitch!"

"Oh iya udah seneng ya sekarang, seneng dong pasti! Kan PUNYA segalanya. Secara Aura si anak pelakor!!" Stella tersenyum miring berusah memojokkan aku, cih!

"Berapa kali gue ngomong ke lo, buka mata lo Stell! Cari tau kebenaran sebelum lo berbuat, apa lo tau kebusukan bokap lo? Lo tau, dia yang hancurin lo mau sampai kapan lo gini Stell?!" Aku menjelaskan panjang lebar dengan nada tinggi, juga nafas yang naik turun menahan emosi.

"Stop bawa bokap gue Ra?! Oh kok marah sih, sekarang banyak yang bela ya?"

"Iya dong secara abang gue aja udah tunduk sama bitch satu ini, ups..." Lanjut Stella dengan tangan yang membelai rambut milikku.

Aku menyingkirkan tangan Stella dengan kasar, sontak Stella meringis kesakitan, dasar ratu drama!

"Tunduk sama gue? Canda lo Stell, dia peduli lo dia sering curhat kalo kangen lo. Dia benci lo tapi rasa sayang ke lo lebih dominan, dia lebih sayang lo daripada gue. Dan perlu lo tau, gue bosen sama lo didiemin ngelunjak! Mau lo apa?" Tangan ku terkepal rasanya melihat Stella seperti mengembalikan aku ke masa itu.

"Mau gue nyokap gue balik! LO NGERUSAK SEGALANYA AURA?!" Bahu Stella bergetar menahan tangisnya.

"Lo nggak mikir? Disini gue juga sama Stell... semuanya berantakan, g-gue sakit g-gue juga pengen balik kayak dulu." Tangis Stella pecah saat aku menjawab perkataannya.

Kepala ku terangkat melihat keadaan Stella, aku tau dia hancur, aku tau dia ingin kebahagiaan. Tapi semua telah berakhir, masa depan adalah jalan terbaik untuk bahagia bukan malah kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya.

"Gue harap lo cari tau semuanya." Aku menepuk pelan bahu Stella memberinya semangat.

Stella tersenyum menatap manik mata aku, tatapan yang membuat siapapun merasakan sesak. Tangannya terulur menepuk pelan pipi ku, sebelum tamparan keras Stella mengenai pipiku satu tangan menahan tangan Stella.

"Tangan lo bagus."  Atha menurunkan tangan Stella dengan lembut.

"Yuk." Atha menarik tangan ku pergi meninggalkan Stella yang mengeram kesal.

.

.

.

"Lo ngapain disini?"

"Jemput lo"

"Tapi gue nggak suruh lo."

Atha tak menjawab perkataan ku, cowok itu mengambil helm yang ada di motor miliknya, memakaikan helm itu pada kepala ku.

"Lo bisa bahagia." Jemari Atha terangkat menghapus air mata ku yang entah kapan keluar.

Segera cowok itu memakai helm nya lalu menyuruh ku menaiki kendaraan roda dua itu, membawa ku pergi meninggalkan area parkir SMA Wiramandala. Sore yang cerah, tapi tidak hati ku, semua bayangan itu lagi-lagi kembali rasanya aku ingin hilang ingatan agar bayangan itu hilang selamanya. Jika otak ku bisa berbicara mungkin dia akan berkata 'lelah' tapi ragaku tidak ingin berkata itu, karena lelah adalah menyerah dengan lembut.

Dingin, sial aku lupa memakai hoodie. Aku mengusap-usap tangan kanan dan kiri ki bersamaan agar badan ku menghangat, tidak ada rasa hangat yang ada hanya pegal.

"Tha, gue peluk lo ya dingin." Entah Atha mendengarnya atau tidak aku tak tau, ku lingkarkan tangan ku pada pinggang Atha lalu memasukkan tangan ku ke dalam saku hoodie yang Atha kenakan.

Lampu merah menyala membuat semua pengendara berhenti tak terkecuali Atha.

"Dingin?" Tanya nya memperhatikan aku lewat kaca spion.

"Iya."

Lampu hijau menyala Atha melanjutkan perjalanannya. Tangan kirinya dia masukkan saku hoodie miliknya, mengusap tangan ku lembut. Hangat.

"Hangat nggak?"

"Hangat, makasih."

NA: Siap menuju konflik? Siap dong harus, tenang ada penawarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NA: Siap menuju konflik? Siap dong harus, tenang ada penawarnya. Jangan bosen-bosen ya ayo bantu aku sampe 1k readers dengan rekomendasiin cerita ini ke temen kalian yaa, makasih.

~Salam dingin Azkyazmn🌻🌻

AURA [ON GOING]Where stories live. Discover now