07 : Bukan Mengikat

2.6K 503 60
                                    

Keheningan masih melingkupi suasana di dalam mobil Sean. Mereka sudah tiba di depan rumah, tapi Sean masih belum membukakan pintu mobil untuk mereka.

"Maafkan aku."

Tubuh Sevy terkesiap sesaat mendengar kalimat pelan itu.

"Seharusnya aku tak mengatakan kalimat itu tadi pagi."

"Itu bukan salahmu."

"Memang," sahut Sean tenang. "Tapi tidak seharusnya aku memberi reaksi kasar seperti itu."

Sevy kembali terdiam. Ia tahu Sean pasti sedang berusaha menahan emosi. Jadi daripada Sean kembali bersikap seperti tadi pagi, Sevy memilih untuk tidak memberi tanggapan apa pun.

"Kau serius ingin memberi batasan dalam pernikahan ini, Sevy?" tanya Sean setelah keheningan cukup lama di antara mereka berdua.

"Bukankah kau sudah menyetujui hal itu saat kita membicarakannya seminggu yang lalu, Sean?"

Kepala Sean menoleh mendengar balasan yang diberikan oleh Sevy. Wanita ini benar-benar terlalu berani dibalik sikap tenang dan penurut yang selama ini ditunjukkan di depannya.

"Aku benar-benar tidak akan mengkhianatimu, Sean." Sevy kembali berujar dalam. "Hanya... ada beberapa hal yang memang tidak bisa kubagikan pada orang lain."

"Orang lain?" Tanpa sadar Sean sudah mendesis tajam.

"Maksudku—"

"Jadi sebagai suamimu pun, aku memang masih orang lain di matamu?" Sean merasakan hentakan tidak terima dengan kalimat yang baru saja didengarnya. "Dengar, Sevy. Aku menerimamu sebagai istriku sekalipun aku tahu pasti ada imbalan yang kau dapatkan dari Ibuku. Tapi bukankah cukup keterlaluan saat kau memperlihatkan dengan jelas batasan di antara kita bahkan setelah apa yang kita lakukan semalam?"

Sevy terpaku hebat.

"Atau bagimu, itu hanya bagian dari pengabdian seorang istri kepada suaminya—yang tetap saja dianggap sebagai orang lain?" lanjut Sean dengan nada tidak percaya. "Kau yang menerima pernikahan ini dari Ibuku, Sevy. Bukan aku," geramnya. Kemudian Sean membuka central lock dengan gerakan kasar, lalu keluar dari mobil dengan bantingan keras saat menutup pintu.

Melihat kemarahan Sean, Sevy menarik napas panjang saat menyadari telah kembali melakukan kesalahan. Sevy tidak menyangka bahwa Sean akan bersikap seperti ini saat ia mengingatkan kembali tentang adanya batasan yang harus ada di antara mereka. Padahal Sevy hanya tidak ingin membuat Sean merasa tidak nyaman dengan segala apa pun yang terjadi padanya. Karena ketika Sevy memilih untuk menerima tawaran Nyonya Maggie, ia hanya ingin memberikan cintanya untuk pria itu. Tetapi sayangnya, Sevy seolah lupa bahwa Sean bukan jenis pria yang mudah.

Dan lagi-lagi, belum sempat mereka berbaikan, Sean sudah kembali marah karena balasan yang dikatakan oleh Sevy.

Kemudian dengan gerakan pelan, Sevy memutuskan untuk keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.

"Nona baru pulang?"

"Ah, Bibi," sapa Sevy pada Rin—yang dikenalnya sejak sering mengunjungi rumah besar Nyonya Maggie setelah menerima tawaran wanita itu. "Aku tadi pulang bersama Sean."

Rin tersenyum hangat. "Apa kalian bertengkar?" tanyanya karena tadi sempat melihat Sean masuk dengan wajah yang sedikit muram.

Sevy mengulas senyum kecut. "Aku sedikit membuatnya kesal. Tapi aku akan segera meminta maaf."

Kepala Rin mengangguk pelan. "Mandilah dulu. Sean tadi berpesan untuk menyiapkan makan malam untukmu."

"Itu tidak perlu, Bibi. Aku sudah makan sebelum Sean datang menjemputku tadi."

Never Know [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang