🍁 Extra+Cast 🍁

1.6K 140 14
                                    

"Penyesalan memang selalu datang di saat yang terakhir."

*****

Andre memandang langit malam di balkon kamarnya. Kali ini tidak ada satupun bintang yang muncul.

"Bagaimana keadaanmu? Apakah kau baik-baik sana di sana?"

Pertanyaan itu ditujukan untuk dua orang perempuan dengan nama yang sama.

"Aku berharap bisa bertemu denganmu lagi. Aku ingin minta maaf pada kembaran ku."

Sudah dua bulan kedua gadis bernama Andrea meninggalkannya. Dia tidak menangis. Laki-laki tidak boleh kelihatan lemah kan?

"Andre."

Dia menoleh kebelakang. Amira. Kakaknya itu mendekat kearahnya dengan gelas ditangannya.

"Aku membuatkan mu coklat panas. Malam ini cuaca lumayan dingin." Amira menyodorkan gelas putih yang dia pegang.

Andre mengambil alih benda itu. Dia tidak langsung meminumnya. Dia masih terus melihat langit malam.

"Kita semua sangat bodoh. Selama ini kita membiarkannya sendirian. Bahkan ketika jiwanya kembali lagi, dia tetap nekat melakukan bunuh diri. Padahal, aku sudah membuat daftar kegiatan yang ingin kulakukan dengannya." Amira berusaha untuk menahan air matanya.

"Dia sudah sangat lelah, kak. Wajar jika dia memilih untuk pergi," ujar Andre.

"Kau benar. Raganya mungkin masih kuat. Tapi tidak dengan jiwanya."

Keduanya kembali diam. Mereka merenungi kesalahan yang selama ini mereka lakukan terhadap Andrea.

"Bagaimana dengan Azzura?" tanya Andre.

"Dia menggila di rumah kosong itu. Tadi aku menemuinya. Dia berniat untuk bunuh diri. Aku membiarkannya. Dia sangat layak untuk mati," jawab Amira.

Amira tampak emosi ketika menjelaskan keadaan Azzura.

"Aku akan kembali ke kamar. Jangan lupa minum coklat panasnya sebelum tidur." Amira menepuk bahu kiri Andre lalu keluar dari kamar adiknya itu.

Andre mengangguk. Dia segera meminum coklat panas yang dibuatkan Amira.

Andre berbaring di atas kasurnya, "bisakah kau kembali? Aku ingin memelukmu. Sebentar saja."

*****

Sebenarnya jiwa Andrea yang asli kembali ke raganya. Dia bisa saja melanjutkan kehidupannya. Tapi, dia menolak.

Kalian masih ingat wanita bergaun emas? Wanita itu memberikannya pilihan. Apakah dia ingin hidup atau tidak?

Ucapan Amira benar. Raganya mungkin masih kuat. Tapi tidak dengan jiwanya. Dia sudah sangat tertekan selama ini.

Andrea mengambil sebuah pisau kecil yang memang selalu ada di laci meja riasnya. Dia menyayat tangannya. Lebih tepatnya urat nadinya.

Andrea tersenyum sebelum akhirnya dia tertidur untuk selamanya. Ini adalah keputusannya. Dia akan merasa bahagia jika dirinya berada di tempat yang lain.

Who is the real Antagonist?[END]√Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz