🍁 BAB 6 🍁

4K 478 5
                                    

"Bermain denganmu adalah sesuatu yang menarik."

*****

Andrea melakukan kebiasan memandang jalanan kota yang ramai pagi ini. Kalian tahu? Dia benar-benar menyayat tangannya semalam.

Gadis itu benar-benar ingin mati.

"Andrea."

Suara itu adalah suara yang selalu membuatnya gugup. Derap langkah kaki yang mendekatinya semakin terdengar jelas.

"Ada apa denganmu?" tanya Adrius.

"Bukan urusanmu," jawab Andrea.

Adrius memilih untuk diam. Dia tahu kalau adiknya ini sedang dalam perasaan yang tidak baik. Dia ikut memandangi jalanan yang semakin ramai.

Pandangannya teralih pada tangan kanan Andrea. Dia mengangkat tangan itu agar dapat melihat dengan jelas tangan mulus itu.

"Kau menyayat tanganmu?" tanya Adrius.

"Sebenarnya aku ingin memotong urat nadiku semalam," jawab Andrea.

"Kau gila? Kalau kau ingin mati, lebih baik karena kecelakaan. Jika kau mati disini dengan keadaan seperti ini, orang akan menduga salah satu dari kami membunuhmu," ujar Adrius dengan mencengkram tangan Andrea.

"Memang kalianlah yang telah membunuhku," ujar Andrea.

Andrea melepaskan tangannya dari cengkraman Adrius.

"Lebih baik kau keluar dari sini. Aku sedang tidak mood," ujar Andrea.

Adrius pergi dari kamar adiknya itu. Air mata Andrea menetes.

*****

Andrea keluar kamar saat jadwal makan siang sudah lewat satu jam. Rumah dalam keadaan sepi seperti biasanya.

"Kudengar kau menyayat tanganmu?"

Pertanyaan yang berasal dari perempuan yang sedang meminum soda kaleng di ujung tangga. Ah iya, Andrea menggunakan lift tadi.

"Aku memiliki seorang teman yang pernah hampir berhasil bunuh diri. Jika kau benar ingin mati, aku akan mempertemukanmu dengannya. Siapa tahu dia bisa memberimu tutorial bunuh diri," ujar Amira.

"Lebih baik kau tutup mulutmu itu," desis Andrea.

"Ckckck aku sangat kasihan pada dirimu. Bahkan disaat kau hampir mati, tidak ada ada yang khawatir," ujar Amira.

Andrea mendemati Amira. Dia memandang kakaknya itu dengan tajam. Amira memberi tatapan yang sama pada adiknya yang dia benci itu.

"Sebenarnya apa yang ingin kau inginkan?" tanya Andrea dengan tajam.

Amira memutar-mutar kaleng sodanya. Dia menatap Amira dengan senyuman miring.

"Aku ingin kau mati agar adikku, Azzura bisa hidup tenang tanpa diganggu siapapun."

*****

Andrea membanting pintu kamarnya dengan keras. Dadanya naik turun menandakan kalau dia sedang emosi.

Andrea berusaha menenangkan dirinya dengan menepuk dadanya secara perlahan.

Who is the real Antagonist?[END]√Where stories live. Discover now