🍁 BAB 7 🍁

3.8K 471 33
                                    

"I want to be star"

*****

Hari ini adalah hari yang dibenci Andrea. Kalian tahu kenapa? Karena hari ini keluarga besar dari ayahnya akan berkumpul di rumah ini.

Menurut memori yang diberikan padanya, pemilik tubuh ini sering dikucilkan saat berkumpul bersama. Tidak ada seorang pun yang mendukungnya.

Bagi Andrea itu tidak masalah. Lagipula dia lebih suka sendiri. Ah by the way dia sudah sangat lama tidak mengerjakan soal fisika. Lebih baik nanti dia bergelumut dengan dunia fisikanya saja.

"Andrea, apa kau sudah siap?" tanya Adrina.

"Sudah ma," jawab Andrea.

Pakaian Andrea sangat sederhana. Dia memakai kemeja putih dengan model lengan digulung sampai siku. Bagian bawah, dia memakai celana dengan warna yang mirip minuman cappucino. Dipadukan dengan tali pinggang bewarna coklat muda.

Ah iya tentunya di rumah ini mereka selalu memakai alas kaki. Kali ini Andrea memakai sepatu santai bewarna putih. Sebenarnya bisa saja dia memakai sendal rumah, tapi itu tidak cocok.

"Rambutnya tidak diikat?" tanya Adrina.

"Tidak perlu ma," jawab Andrea.

Kedua perempuan itu turun ke bawah. Andrea dapat mendengar suara tawa yang keras.Tapi suara tawa itu terhenti ketika dirinya menginjakkan kaki di ruang tamu.

"Kau mempunyai nyali yang kuat untuk datang kesini," ujar sepupu perempuannya yang bernama Tasya.

Andrea merasa bingung. Ah dia ingat sekarang. Perempuan itu adalah salah satu musuh Andrea yang asli. Walaupun mereka sepupu, Andrea yang asli tidak pernah akur dengan Tasya.

"Kenapa kau diam? Apa kau sudah bisu?" ejek Tasya.

"Kau juga mempunyai nyali yang kuat untuk datang kesini dengan pakaian aneh itu," balas Andrea.

"Andrea jaga sikapmu," ujar Jackson.

Adrina membawa Andrea duduk bersama. Andrea duduk tepat disampinginya. Wanita paruh baya itu tidak ingin Andrea dijahili oleh para sepupunya.

"Kau masih hidup ternyata? Padahal aku sudah senang karena keluarga ini akan kehilangan satu beban yang paling berat," ujar Grey-kakeknya.

"Kau tau kek? Aku sebenarnya ingin mati. Aku sudah membayangkan bagaimana nantinya aku akan menghantui kalian semua hingga kalian juga ikut mati," ujar Andrea.

Adrina menggenggam tangan putrinya itu. Dia tahu kalau Andrea sedang emosi sekarang. Dan itu tidak bagus.

"Bahkan kau berani berbicara bergitu pada kakekmu sendiri. Dimana sopan santunmu?!" sentak Grey.

"Aku memiliki sopan santun. Hanya saja kau bukan orang yang pantas menerima itu dariku," ujar Andrea.

Keadaan semakin memanas. Andrea sekarang sudah mengeluarkan tatapan tajamnya. Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam. Mereka jadi merinding karena aura yang dikeluarkan Andrea.

Andrea berjalan mendekati kakeknya itu. Dia mendekatkan wajahnya. Grey tanpa sedikit takut dengan tindakan cucunya itu.

"Dengarkan aku kakek tua. Aku bisa saja membuat jantung lemah mu itu berhenti berdetak detik ini juga. Tapi, aku masih baik untuk membiarkanmu hidup. Ah iya, salah satu dari keluarga yang kau sayangi ini, pasti ada yang ingin melenyapkanmu. So, beware my dear grandpa."

Who is the real Antagonist?[END]√Where stories live. Discover now