48

173 34 23
                                    

Kalo ada typo mohon bilang🙏
Happy reading🔥

***

Di sini Lasmi duduk, disalah satu kursi untuk menunggu bakso pesanannya sampai. Sesekali melihat jalan atau ponsel untuk menghilangkan kejenuhan, ini kali pertamanya dia makan bakso sendiri ditempatnya langsung, biasanya dengan Reyhan.

Pembeli yang ramai membuat dirinya harus sabar menunggu giliran mendapatkan semangkuk bakso.

Lasmi mengambil sesuatu dari tas kecilnya. Cokelat yang ia beli tadi sore, dipandanginya tanpa kedipan, raga nya di sini namun hati dan pikirannya masih tertinggal di tempat yang sempat membuatnya kecewa.

Menurut Lasmi Farhan memiliki beberapa sifat yang bergantinya tak menentu. Farhan lembut, ramah, tapi terkadang dia juga dingin, jutek, dan ya ... seperti itu. Meskipun perhatian dan perjuangannya selalu diabaikan tak membuat Lasmi ingin menyerah begitu saja, karena untuk meraih sesuatu ia perlu banyak usaha.

"Awalnya gue enggan untuk mengejar. Tapi, ada rasa yang mesti gue perjuangin. Gue gengsi, tapi sayang gue lebih besar, itu yang membuat gue berani buat dapetin hati lo, meski gue gak tau kapan hati lo gue dapatkan," ucap Lasmi dalam hati.

Tidak lama setelah berbicara dalam hati mang Asep (pedagang bakso) datang membawa semangkuk bakso beserta teh tawar pada nampan hitam plastik.

Lasmi senyum, akhirnya setelah menunggu kurang lebih 15 menit ia dapat menikmatinya.

"Eh, mang." Baru satu langkah berjalan, mang Asep harus kembali membalikan badan untuk mengetahui hal apa yang membuat Lasmi menahanya.

"Iya, neng?" tanya mang Asep masih diposisi semula.

Lasmi mengarahkan cokelat itu kepada mang Asep berniat untuk memberikannya. "Buat mamang," ucap Lasmi. Meraih tangan kanan mang Asep tanpa menunggu pria 50 tahunan itu mengambilnya.

"Lah, kok?" Mang Asep bingung. Meski begitu senyumannya tak luntur.

"Iya itu buat mamang, tenang aja Lasmi gak naruh racun kok dicokelatnya." Lasmi terkekeh sesudah menyelesaikan kalimatnya.

"Berasa jadi orang spesial mamang," Mang Asep ikut terkekeh sembari melihat gambar pada cangkang cokelatnya, yang ia yakini jika cokelat ini memiliki arti yang tak biasa.

"Iya mang, ini sekalian bayaran bakso nya," Lasmi mengeluarkan uang lima belas ribu.

"Gausah neng, 'kan neng kasih mamang cokelat jadi mamang kasih neng bakso, biar impas." Tolak mang Asep, tangannya menahan agar Lasmi tidak memberikan bayaran padanya.

"Astaga jangan mang. Itu cokelat buat mamang aja, dan Lasmi tetep bayar baksonya." Lasmi tetap kekeh, tidak mau mang Asep menolaknya.

"Yaudah deh." Mang Asep akhirnya menerima uang bayaran itu. "Kalo begitu makasih yah neng, udah cantik baik lagi, beruntung banget laki-laki yang disukai neng."

Lasmi tersenyum kecil, rupanya mang Asep memperhatikan perubahan ekspresi di wajahnya.

"Kenapa atuh neng? Kunaon mukana jadi kusut?" Mang Asep menarik salah satu kursi, duduk berhadapan dengan Lasmi.

Kunaon = Kenapa

Lasmi menghela nafas sebelum memulai bicara, "Dia gak merasa beruntung pun, Mang. Malah ngehindar, dan minta Lasmi buat jauhin," ucap Lasmi. Rasa-rasanya malam ini akan terjadi curhat.

Mendengar itu mang Asep membulatkan mata tidak menyangka, ternyata ada laki-laki yang menolak gadis cantik, manis dan baik seperti Lasmi ini. Sunggu terlalu.

Pasangan Bobrok Tanpa StatusWhere stories live. Discover now