Part 9

761 157 119
                                    

Happy reading❤❤
New life for Ara and Farel.

Ara dan Farel saling berpandangan. Ada rasa ragu yang menyelimuti keduanya saat akan melangkah ke taman Villa. Mampukah mereka memainkan naskah drama secara apik? Mampukah semua mata terkecoh dengan kemesraan palsu mereka? Setelah ketegangan tadi, kini keduanya mantap untuk kolaborasi dalam drama.

Farel meraih jemari Ara dan mengaitkan erat jemarinya. Tersenyum dan mulai melangkah maju. Ara membalas dengan senyum tipis dan mengikuti langkah Farel.

Penampilan pertama mereka sebagai seorang pasangan suami istri harus perfect, itu janji Farel dan Ara. Semua keluarga telah berkumpul di sebuah taman yang ternaungi pepohonan rindang dan pohon kelapa.
Dari kejauhan nampak keakraban kedua keluarga tercipta. Senyum mewarnai wajah semua orang dan candaan  menjadi bumbu di pagi ini.

"Kita nggak usah terlalu memaksakan untuk mesra. Mereka juga paham, kita nikah karena perjodohan. Kalau kita mesra, mereka malah curiga, ya, nggak?" bisik Farel.

"Bener, kita mainkan drama senatural mungkin. Tapi, jangan sampai keceplosan tentang tiga bulan itu."

"Kenapa? Lo takut?" Farel memasang wajah kaget.

Ara mendelik, mencoba memberi peringatan keras pada Farel.

"Lo buka kartu ... serius, gue banting lo!" ancam Ara sambil meremas jemari Farel yang mengait dengan jemarinya.

Farel tertawa lebar mendengan ancaman Ara. Baru kali ini ia mendapat teror ancaman disertai tindak kekerasan dari seorang perempuan dan dia adalah istrinya.

"Galak bener istri Farel."

Melihat Ara dan Farel datang, semua segera berdiri menyambut dengan tersenyum. Sepertinya mereka sudah tidak sabar untuk melempar sindiran pada pasangan suami istri itu.

"Cie, husband and wife," sindir Bu Azmi sambil mengerlingkan salah satu matanya pada Ara.

Keduanya hanya tersenyum tanpa mau berkomentar.

"Berapa ronde semalam, Rel?" Pak Bisma ikut bersuara dengan sikutan yang mendarat ke perut putranya.

"Rahasia. Hanya Farel, Ara dan gelapnya malam yang tau," jawab Farel disusul tawa kecilnya.

"Jurus tekuk dan bantingnya semoga manjur," ucap Bu Laras menambahi.

"Sstt!" peringat Farel dengan jari telunjuk yang sudah berada di depan bibirnya.

"Eh, bentar-bentar ... Mochi nggak ganggu adegan ranjang Kak Farel dan Kak Ara, kan?"

Farel menoyor kepala Farhana karena lelucon gadis itu sungguh di luar dugaan.

"Maksud lo apa, Jelek?" ketus Farel.

"Farhana denger teriakan Kak Ara yang memanggil nama Kak Farel. Apalagi Mochi terbiasa tidur di atas ranjang, kan?"

"Sok tau lo!" ketus Farel.

Farel membantu Ara untuk duduk di bangku kayu.

"Kapan kita makan kalau pada bahas malam pengantin. Ara sudah lapar, nih," protes Ara yang sudah memegang garpu dan sendok.

Bu Azmi melambai pada pelayan Villa, memintanya untuk menyajikan sarapan dengan segera.

"Cie-cie laper, ya? Maklum, habis olah raga semalem, kan? Capek, ya, Nak." Kembali sindiran terlontar dari Bu Azmi.

"Sepertinya kita akan mendengarkan sindiran mereka semua selama sarapan," keluh Ara pada Farel.

Farel mengangguk dan menempatkan kedua telapak tangannya di telinga Ara. "Tutup telinga dan kuatkan hati. Nanti siang kita pulang ke apartemen. Kita akan terbebas dari semua orang."

Mochi Cupcake [Terbit]Where stories live. Discover now