Part 3

1.1K 211 253
                                    

Happy reading❤❤

Jangan lupa, votenya ya. Biar author seneng. Anggap aja vote itu sebagai upah atas cerita yang kalian baca.

Jari Farel mengusap bulu Mochi lewat lubang yang ada di tas kucing kesayangannya. Hanya Mochi, teman yang menemaninya saat ini. Mendapat elusan lembut, Mochi membuka kelopak matanya dengan malas, lalu menutupnya lagi.

"Nanti, selesai beli cincin ... kita jalan-jalan ke taman. Kita jahilin Ara, yuk."

Mochi menggeliatkan badannya pelan. Menatap Farel dengan mata yang membulat, tapi perlahan ia mulai menutup kelopak matanya lagi. Sore hari adalah waktu tidur untuk Mochi dan biasanya ia akan naik ke ranjang tuannya, menikmati tidur di atas kasur empuk dan sprei yang wangi. Tetapi, sore ini ia harus menemani Farel ke sebuah Mall untuk menemui Ara, calon majikan barunya.

Kembali jari Farel menyentuh badan Mochi, membuat kucing abu-abu itu membuka matanya kembali. Menatap Farel dengan sejuta tanya, mau apa majikannya?

"Gue punya rencana. Bantu gue, ya, Mochi," bisik Farel.

"Meow." Jawaban setuju dikumandangkan Mochi. Sepertinya kucing itu terlalu malas dengan ocehan Farel, hingga ia memutuskan untuk menjawab 'iya'. Mochi menutup kelopak matanya lagi, tidur.

Ara dan Farel akan memilih cincin pernikahan. Sebenarnya, Farel sudah memilih design yang menurutnya cocok untuk mereka, tapi ia tetap melibatkan Ara untuk memilih design lain. Walaupun ia tidak menyukai Ara, tapi bagaimanapun juga, gadis itu akan menjadi istrinya.

Farel bangkit dari duduknya dan tersenyum, saat melihat Ara datang mendekat.

"Hai, calon istrinya Farel?" sapa Farel basa-basi.

"Hai, Bosnya Mochi," jawab Ara yang disertai tawa kecil.

Farel ikut tertawa dengan ledekan Ara, tapi dalam hati ia mengumpat, "Kampret si Terigu!"

Tidak perlu menunggu waktu lagi, keduanya masuk ke dalam sebuah Mall. Galeri perhiasan tempat Farel memesan cincin pernikahan ada di dalam Mall. Memasuki galeri perhiasan, keduanya disambut pegawai wanita yang ramah. Pegawai itu mempersilahkan keduanya untuk duduk di kursi yang menghadap langsung ke etalase perhiasan.

"Sore, Mbak. Kemarin saya sudah membuat janji dengan Bu Listi untuk pesan sepasang cincin pernikahan," ucap Farel.

"Oh, ya. Kebetulan Bu Listi sedang ada urusan, jadi saya yang akan melayani anda berdua. Kenalkan, saya Agnes."

Agnes mengambil dua kotak hitam berwarna beludru, ia lalu membukanya dan memamerkan isinya pada Farel dan Ara. Dua pasang cincin yang terlihat simple itu langsung menarik perhatian Ara.

"Hemm, lumayan." Komentar Ara dengan senyum tipis.

Farel menatap Ara dengan heran. Desain cincin yang dipilihnya adalah design dengan edisi terbatas dan bagus, tapi ternyata hanya dianggap biasa oleh Ara.

"Maksud lo? Ini bagus, Ara," bisik Farel.

"Lo yang pesen dan lo yang beli, kan? Pantes aja kalo lo bilang bagus. Gue mau desain lain."

"Gue pingin yang ini," ucap Farel tegas.

"Ini udah banyak yang pilih, atau kita desain sendiri modelnya."

Farel menghela napas panjang. "Ara sayang, waktu kita tinggal beberapa hari lagi. Gue takut kalo waktunya nggak cukup."

"Gue ngalah. See, selesai."

Jempol Farel terangkat. Senyum kecut karena kecewa ia tampakkan. Sebuah ide melintas di kepala Farel.

"Satu lagi, saat akad nikah nanti ... gue ingin Mochi yang bawain cincin kita, gimana?"

Mochi Cupcake [Terbit]Where stories live. Discover now