Part 7

757 156 106
                                    


Happy reading❤❤❤
The new life for Ara and Farel.

Semua memanjatkan puji syukur saat Farel berhasil mengucapkan Ijab Kabul dengan satu tarikan napas. Senyum bahagia tercetak jelas di wajah kedua keluarga, termasuk Farel.

Walaupun tidak ada rasa cinta di antara dirinya dan Ara, tetapi setidaknya ia bisa bernapas lega saat melihat kebahagiaan terpancar dari wajah kedua orang tuanya.

Semua orang berdecak kagum saat iringan pengantin wanita datang. Ara, gadis itu menjelma menjadi perempuan yang cantik. Dengan hiasan bunga melati di atas kepalanya, make up yang sempurna, dan kebaya yang melekat di tubuhnya, sukses membuat Farel merasakan desir aneh di dalam hatinya.

"Istri Farel cantik banget. Apa ini efek karena gue nggak pernah lihat dia dandan, ya? Atau, emang dia asli cantik cuma gue yang nggak nyadar? Bener ucapan Ara, gue kalah sama Mochi dalam hal mengendus cewek cantik dan seksi," keluh Farel dalam hati.

Jantung Farel tambah berdegup kencang saat prosesi seserahan mas kawin dan memamerkan buku nikah. Diam-diam ia mencuri pandang dan mengagumi sosok cantik di sampingnya. Farel memberanikan diri untuk berakting mesra dan melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Ara.

"Istri gue cantik banget," bisik Farel di telinga Ara.

"Makasih. Lo juga gagah."

Jawaban Ara membuat Farel tersenyum melengkung.

"Drama dimulai, nanti ... kalau ada yang nyuruh gue cium lo, boleh 'kan?"

Ara menoleh dengan cepat ke arah Farel. "Cium di kening atau di pipi aja. Jangan di bibir!" jawab Ara dengan suara ditekan.

"Eh, kenapa? Biasanya, tuh, pengantin baru ciuman di bibir, sebagai bentuk pengesahan status baru." Farel mulai menjahili istrinya dengan ide gila.
Ia tahu bahwa Ara tidak suka dengan ide gilanya.

"Bibir gue buat Mochi! Dia yang ambil first kiss gue, bukan lo!"

"Nyerah gue," keluh Farel dengan wajah yang tertekuk sempurna.

"Good!"

"Babak baru, suami kalah sama kucing. Posisi gue ke geser Mochi. Nyesel gue, kenapa kejahilan itu diungkit terus sama Ara," gerutu Farel dalam hati.

Perdebatan terselubung tidak menyurutkan senyum keduanya di depan keluarga dan para tamu. Semua keluarga dan undangan berebut untuk berfoto dengan mereka, Farel dan Ara pun harus terus menebar senyum palsu agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Farel, gue capek," bisik Ara.

Farel membimbing Ara untuk duduk di kursi berukir untuk pengantin. Kebaya menyulitkan Ara untuk bergerak bebas, hingga ia harus berkali-kali meminta bantuan Farel. Beruntung Farel sigap dan membantu Ara yang tampak kesulitan dengan kebayanya.

"Makasih, suami Ara," ucap Ara saat Farel mengusap pelan dahi Ara yang mulai berkeringat menggunakan tisu.

"Eits, ada imbalannya. Jangan pikir ini gratis, istri Farel yang cantik." Farel melempar senyum termanisnya.

"Jangan bilang lo minta imbalan karena bantuan sepele tadi."

"Yups, Ara pinter dalam hal tebak-tebakan, jadi makin sayang, deh," ucap Farel dengan suara yang dibuat semanja mungkin.

Ara bergidik, terlalu jijik mendengar suara Farel yang menurutnya 'alay'.

"Lo harus keliatan romantis di depan semua orang dan ini semua drama. Nggak ada imbalan jika ini bagian dari naskah."

"Bilang aja kalo lo nggak mau kasih imbalan."

"Emang, baru tau lo!"

Farhana datang bersama saudara sepupu Farel dan mengajak untuk foto bersama. Setidaknya, sesi foto itu menunda perdebatan antara Farel dan Ara. Konflik pertama mereka setelah resmi menyandang gelar suami istri, sepertinya telah dimulai.

Mochi Cupcake [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang