Chapter 26

2.6K 281 8
                                    

21 Juni 2021

•••

"Ugh ...." Xander kembali garuk-garuk kepala, rasanya frustrasi. "Kita tanyain aja ke dia deh, ya? Entar kalau aku sama dia latihan terus, akhirnya gak keburu!"

"Gimana kalau gini aja." Jenna memutuskan kemudian. "Dia ikut kita liburan?"

"Hah? Kamu gila?" pekik Xander tak terima, Jenna mengangkat sebelah alis. "This is our time, us. Just US!" Xander menekan kata us dia dan Jenna. "Aku males, Jen. Aku males."

"Kita punya janji ke Brendon, inget? Dia udah bantu kita balas dendam ke Ginny." Xander mendengkus. "Bisa pisah kok, santai aja."

"Ah, iya! Belum tentu juga dia bisa ikut, lho. Dia harus kuliah, kan? Nah gimana kalau dia gak bisa ikut?" Xander terlihat tersenyum bahagia. "Hehe."

"Ya udah kita tanyain aja." Jenna pun mengirimi pesan kepada Brendon, memberitahukannya soal liburan mereka dengan Xander nanti, dan Brendon diajak ke sana.

Brendon membalas, ia tak bisa ikut, dan tentu Xander kegirangan bukan main. Jenna menghela napas panjang menatap suaminya yang kini beryay ria seraya melompat-lompat di kasur.

Kembali, ia menghubungi Brendon, meminta maaf karena Xander tak bisa mengajarnya dalam jangka waktu tertentu. Syukurlah Brendon tampak pengertian bahkan menyuruh Jenna dan Xander bersenang-senang dan menggodai aktivitas suami-istri yang nanti akan mereka lakukan.

"Ck, seneng banget kamu, ya. Kasian anak orang di-PHP-in!" ujar Jenna. Xander tertawa dan duduk di sampingnya.

"Ya seneng lah, gak ada PHO. Lagian gak PHP, eh, kan nanti bisa latihannya. Brendon paham aja kan?" Xander tersenyum lebar. "Oh ya, kok bisa-bisanya kamu ngebet ngajak Brendon ke bulan madu kita? Apa jangan-jangan ... kamu suka sama dia?! Kamu mau threesome?!"

"Ish, Xander, kok kamu ngawur?" Jenna mendorong bahu Xander gemas. "Dari awal kan aku udah bilang itu hal yang harus kita tepatin, secepatnya, karena balas budi kita ke Brendon. Gimana, sih?"

Xander terkekeh. "Kali aja, Jen. Threesome sama Brendon seru juga keknya, aku tengah, kalian depan belakang."

Jenna menatap suaminya dengan kerutan di kening, dan geleng-geleng miris. Otak Xander semakin malam, semakin mengantuk, semakin mengigau pula.

"Kamu harus tidur keknya, ya. Mau kubikinin susu?" tawar Jenna.

Xander segera membaringkan badan, dan tidur dengan rapi. "Yang cokelat!"

Jenna tersenyum. "Hm ... oke." Wanita muda itu pun beranjak guna membuatkan suaminya susu cokelat seperti biasa.

Xander menghela napas panjang. "Syukurlah ...." Tentu Xander bersyukur jika Jenna tak akan melakukan apa pun pada sahabat-sahabatnya Noah dan Fabian dan sudah memaafkan mereka seperti dirinya. Ia agak takut karena Jenna bisa saja melakukan hal yang ngeri.

Xander bergedik ngeri membayangkan apa yang akan Jenna lakukan.

Mungkin dibanting, dicekik, dilempar, di-smackdown. Lalu Xander malah tertawa di sela-sela keseramannya. Ia jadi teringat masa lalu, Jenna yang kelihatan manis dan polos sudah memakai sabuk hitam karate bahkan menjadi mentornya belajar di masa lalu. Jenna sosok wanita yang kuat, agak tomboi, tetapi tak menghilangkan sosok keibuan dari dirinya.

Di mata Xander, dia sosok yang sangat sempurna.

Tak hanya istri, sahabat, atau sosok ibu. Jenna juga jadi pelindungnya dari banyak marabahaya. Oh jangan lupa, mereka juga saling menjaga dan bahu membahu, Xander punya harga diri sebagai lelaki yang baginya wajib menjaga wanitanya. Menjaga keutuhan rumah tangga mereka.

Beberapa tahun lagi maka ia dan Jenna akan terbebas dari semua kekangan ini.

Xander sebenarnya berharap orang tuanya tak pernah menandatangi perjanjian itu, jadi Xander bisa punya pilihan lebih baik waktu itu.

Menandatangani kontrak untuk menikahi Jenna, tetapi harus bersembunyi dari awak media, dan jika ketahuan mereka wajib memutuskan segala hubungan.

Atau tak menandatangani, dan tak akan pernah bertemu Jenna selamanya.

Tentu opsi pertama yang Xander pilih, ia terlalu mencintai Jenna, ia tak ingin berpisah dari wanita itu. Wanita yang sangat memahaminya, dari segi kebahagiaan dan penderitaan.

Rasanya ingin stop menjadi publik figur yang mengundang perhatian, jadi mudah terlewati masa-masa bersama Jenna, tetapi ini pun juga menyalahi kontrak yang sangat mengekang tersebut yang selalu dibubuhi ancaman sama. Perceraian mereka.

Lucu. Xander sekarang tertawa. Memang itulah fungsi kontraknya, menguras tenaga Xander menjadikannya selebriti, artis, penyanyi besar, membuat para penggemar rela memberikan uang demi hal yang Xander lakukan entah penting atau tidak penting sama sekali.

Xander miris dengan kehidupan peliknya sendiri.

Ia suka bernyanyi, ia suka membuat musik, ia suka ... sampai kesukaannya itu menjadi sesuatu yang malah membuatnya lelah dan merasa tak jadi diri sendiri. Bukankah itu menyakitkan?

Itu sangat menyakitkan.

Ketika hobi yang seharusnya digandrungi dengan keinginan hati bahagia dan tanpa kekangan atau peraturan, dibuat ketat bagaikan itu adalah suatu pekerjaan--it is.

It is ....

"Xander, kamu kenapa, Babe?" Jenna yang datang bersama susu dot duduk di samping Xander yang matanya berkaca-kaca. "Xander?" tanya Jenna lirih.

Xander menarik napas pelan, menyeka air matanya yang belum benar-benar jatuh, pun mengambil dot dari tangan Jenna seraya tersenyum hampa. "Negative thoughts."

Jenna menatap iba, pun membenarkan posisi tidur Xander yang mulai mengedot, tangannya bergerak mengusap puncak kepala Xander dan menyayanginya layaknya seorang ibu bagi pria muda itu hingga Xander terlelap.

Jenna memeluk Xander dari samping, memberikannya kehangatan lembut.

Di mimpinya, Xander merasa dipeluk seseorang, sosok bercahaya dan bersayap. Kala ia menoleh ... wajah cantik berseri istrinya, Jenna, muncul di depan mata. Xander tersenyum bahagia, senang, membalikkan badan dan menekati wanitanya siap memberikan ciuman.

Namun, anehnya, sesuatu seperti menarik Jenna darinya.

Mata Xander membulat sempurna melihat orang tua Jenna, mertuanya, di belakang Jenna memeganginya.

"Jenna!" teriak Xander, berusaha merebut Jenna yang berusaha meronta membebaskan diri tetapi kini dirinya yang dipegangi beberapa tangan.

Kala melihat samping kiri dan kanan, orang tuanyalah yang ada di sana.

"Mamah ... Papah?" tanya Xander lirih. Kemudian si pemuda meronta. "Lepasin aku, lepasin aku! Jenna!"

Jenna semakin diseret menjauh kala Xander melihatnya, ia berusaha menggapai wanita itu, tetapi jarak mereka semakin jauh dan jauh.

"Jenna!" teriak Xander, tangan keduanya yang amat jauh berusaha menggapai satu sama lain.

"Sudah berakhir, Xander!" kata sosok di samping kiri dan kanan Xander. "Hubungan kalian sudah berakhir."

"JENNA!" teriak Xander begitu kencang, pemuda itu bangkit duduk dari tidurnya dengan kepanikan yang menjadi-jadi, Jenna yang tidur di sampingnya ikut terkejut karena apa yang dilakukan suaminya itu. "Jen, Jenna?" Xander menatap sekitaran.

"Xander, ada apa, Babe? Kamu kena--"

"Jenna!" Xander memeluk Jenna erat, sangat erat, mimpinya tadi sangat menakutinya hingga ke dunia nyata meski ia bersyukur itu hanyalah bunga tidur. Jenna masih ada di sisinya ... Jenna masih di sini bersamanya.

"Xander ...." Jenna balas memeluk suaminya yang gemetaran, takut dan panik, Jenna tampak memahami keadaan pemuda itu hingga wajahnya ikut menyendu. "Sayang ...."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND IS A ROCKSTAR [B.U. Series - X]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang