Chapter 4

9.2K 662 3
                                    

22 Mei 202

•••

Jenna men-skip kelasnya, bukan tanpa alasan karena dosennya sendiri memiliki sebuah urusan. Ia jadi punya waktu lebih awal menuju kafetaria yang dijanjikan hingga dia bilang ke teman-temannya akan lebih awal ke sana, dan kala membuka pintu kaca di antara suara lonceng yang terdengar suara lagu jazz lembut lawas mengiringi kemudian. Kafetaria bertema old-fashioned itu tampak tenang dengan tak banyak orang di sana, mata Jenna menyisir meja demi meja dan menemukan meja kosong ia pun berjalan ke sana.

Saat duduk waitress sudah menghampiri wanita muda itu.

"Jenna, sendirian aja," sapa waitress wanita muda seumuran Jenna itu. "Yang lain mana?"

"Nanti nyusul, keep aja nanti pesanan aku ya ampe mereka datang," kata Jenna tersenyum.

Pelayan itu mengangguk dan beranjak meninggalkan Jenna lagi, mata Jenna menyusuri seisi kafe lumayan besar itu kemudian ponsel di genggaman. Tak lama lagi mereka akan datang, Jenna hanya perlu menunggu sedikit, dan waktu lenggang ini bisa ia pakai merilekskan diri.

Huh ....

Lagu jazz tiba-tiba berhenti, membuat Jenna menoleh ke arah pemutar musik, terlihat seorang pria agak berpakaian gelap berbincang dengan mereka, entah apa, Jenna kembali mengalihkan pandangan ke ponsel saja. Senyumnya merekah kecil kala tangannya menyusuri galeri, memperlihatkan potret Xander si bayi besar yang meminum susu melalui dot, ia tertawa pelan mengusap pipi pria muda itu.

Xander memang obat yang cocok membuat dirinya tak terlalu tertekan sekarang.

Dan asyik melihat foto suaminya, Jenna nyaris tergelak dalam tawa kala mendengar lagu rock--salah satu lagu Xander terdengar. Suara Xander sangatlah keren, ala rockstar kebanyakan dengan ciri khas yang bisa dikenali baik, tetapi foto di ponsel Jenna sangat kontra dari images-nya di depan layar. Xander seperti punya alter ego--atau memang dia memilikinya. Identitas sebagai pusat perhatian para penggemar musik keras, dan sebagai suami bayi besar Jenna.

Jenna kini bermain di aplikasi edit foto, mengedit wajah Xander menggunakan beragam fitur mulai dari telinga kelinci, pipi mengembung, atau blink-blink, Xander memang sangat manis diperlakukan apa pun, di balik suara kerasnya yang membahana. Jenna jadi ketawa-ketiwi mencobakan beragam filter di wajah tidur Xander.

"Tumben kafe nyetel lagu Xander." Terlihat empat orang pemuda-pemudi memasuki kafetaria. Teman-teman Jenna.

"Duh, suasana kafetarianya jadi lebih seru." Tampak cewek lain menanggapi seraya menggerakan kepalanya. Dua cewek itu terlihat girang.

"Ck, berisik banget lagunya!" rutuk Noah kesal.

"Tau, sih. Gaduh kafenya kalau gini." Sang teman cowok menimpali.

Keduanya masih menikmati lagu dan tiba-tiba lagu mati dan terganti.

"Nah, tenang juga telinga gue," kata Noah lega. "Gini, dong. Mending lagu lembut aja."

"Bilang aja iri suara dia lebih bagus dari kalian!" ejek cewek itu, para cowok memutar bola matanya malas.

"Eh, itu Jenna!" Cewek lain menunjuk Jenna yang duduk sendirian di salah satu meja seraya tertawa-tawa di depan ponsel. "Dia ketawa-ketiwi gitu ngapain?"

"Mungkin ... chat-an sama pacarnya?" tanya Noah lesu.

"Samperin dulu." Teman cowoknya menepuk bahu dan berjalan lebih dahulu.

"Eh, tungguin gue Febian!" Noah menyusul cowok itu kemudian dua cewek lainnya juga mengekori. Mereka semua mendekati Jenna yang masih tak fokus ke hal lain selain gawainya hingga tanpa sadar mereka kini berada di belakang Jenna.

MY HUSBAND IS A ROCKSTAR [B.U. Series - X]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang