Chapter 22

3K 350 40
                                    

16 Juni 2021

•••

"Keluar ka--" Ungkapan Brendon dibungkam Xander dengan susu dot, pemuda itu tersenyum lebar kemudian mulai bernyanyi.

Nyanyian khas Xander, ala rockstar, Brendon membulatkan mata sempurna mendengar suara itu.

"Duduk dulu, santai." Xander mendudukkan Brendon yang masih syok kemudian duduk di sampingnya. "Ini gue, yang asli, oke?"

Brendon menggeleng, melepaskan dot dari mulutnya. "Enggak, lo ... lo palsu! Lo kan rock--"

"Itulah kehidupan gue yang palsu, di sini gue yang asli." Xander kembali memasukkan dot ke mulut Brendon. "Denger, dengerin gue, lo mau belajar atau enggak sama gue, nih? Pasti mau, kan? Rules selalu di tangan guru. Sekarang, nikmatin dulu apa yang ada di sini--kecuali istri gue, sentuh dia bakalan gue cincang-cincang!"

Brendon meneguk saliva, pun melepaskan dot dari mulutnya perlahan-lahan.

"Brendy, gue lebih suka jadi diri sendiri kebanding Xander yang sok keren di depan layar. Itu semua paksaan." Xander merebahkan kepalanya ke paha Jenna, Jenna mengambil dot susu Xander. "Gue lebih suka jadi diri gue sendiri. Dan boleh gue tanya, sekarang lo jadi apa?"

Jadi apa? Pertanyaan yang membuat Brendon terperangah, bahkan kini ia lihat Xander mengedot dan Jenna memegangi dotnya layaknya ibu dan anak. Jenna pun mengusap-usap puncak kepala Xander dengan lembut membuat Brendon semakin terkejut.

"Eh, kamu jadi nih ngajarin Brendonnya?" Xander langsung bangkit duduk, melepaskan dot dan menghela napas, mengangguk. "Ya udah aku tinggal kalian berdua, ya."

"Jen." Xander menghentikan istrinya. "Di sini aja, ni orang nyeremin, aku gak berani berduaan doang sama dia."

Brendon menatap dirinya sendiri, seseram itukah dirinya?

"Ya udah, oke."

Xander lalu menatap Brendon yang masih memandangi kedua tangannya, kuku yang dicat hitam, celak mata tebal, semua di dirinya serba gelap dan mengerikan. Memang mengerikan karena ia bercita-cita menjadi ... psikopat. Cita-cita teranjay yang pernah ada.

Xander mengambil gitar yang sedari tadi ia letakkan di tengah-tengah antara mereka, pun mulai memainkan gitar.

"When will my reflection show who I am inside." Xander menyanyikan penggalan lirik Reflection, dari film Mulan. Bermaksud menyindir Brendon.

Dan siapa sangka, mata Brendon pun mulai berkaca-kaca. Pemuda itu sejujurnya mewanti untuk tidak menitikkan air matanya tetapi yang ada malah.

"Huaaaaaaaaa!!" Teriakan dan amukkan ala bayi yang membuat Jenna serta Xander syok bukan main. Dan layaknya orang tua keduanya berusaha menenangkan Brendon, berusaha sekuat tenaga menenangkannya hingga akhirnya Brendon lebih tenang, sesenggukan.

Jenna dan Xander bertukar pandang dengan kelelahan. "Keknya kita udah cocok punya anak, Jen, tapi ... kalau anaknya begini aku gak bakal sanggup."

Jenna menarik napas kuat-kuat. "Memang menakutkan. Aku kaget sama reaksi dia, lho."

"Well ...." Xander menggedikan bahu, pun duduk mendekati Brendon. "Jadi--"

"Aku mau jadi keren kayak orang-orang, aku mau buktiin kalau aku hebat, bukan anak manja yang berlindung di balik orang tuanya yang kaya raya!" kata Brendon memutus pertanyaan yang ingin Xander lontarkan. "Aku mau ... buktiin ke orang-orang--"

"Ya keknya udah kebukti kan saat ini? Tapi keknya lo gak nyaman sama diri lo sendiri, ya?" Brendon masih sesenggukan, pun mengangguk. "Terus lo mau jadi kek Xander si rockstar?" Lagi, pemuda itu mengangguk. "Mending jadi diri lo sendiri aja deh, daripada jadi orang lain tapi lo gak nyaman."

"Ta-tapi, a-aku mau buktiin ke seseorang ...." Xander mengerutkan kening, sekilas ia menatap Jenna istrinya yang menggedikan bahu sebelum akhirnya menatap Brendon lagi. "Aku mau buktiin kalau aku ... hebat ...."

"Ya udah, lo udah hebat sekarang, tinggal ubah aja hal itu dengan cara lo sendiri?" Brendon menatap Xander dengan tatapan sayu. "Kehebatan dengan cara lo sendiri, atau mungkin keistimewaan?"

"Hiks hiks ...." Brendon bengek. "Gitu ya?"

"Ya udah, lo mau gue ajarin atau--"

"Gak jadi, deh." Brendon menggeleng. "Suaraku jelek, gak bakal bisa berubah, takutnya telinga kalian sakit pas denger."

"Suara itu bisa dilatih, B. Santai!" Xander menepuk bahu Brendon, lalu mengalungkan lehernya ke pemuda itu. "Gue bakalan ajarin yang lo mau, bisa nyanyi, ataupun sekeren gue dengan cara lo sendiri. Sebagai gantinya ...." Xander menepuk dada Brendon. "Lo bantuin kami, balas dendam ke Ginny, gimana?"

Brendon dengan kebengekannya pun tersenyum. "Itu bisa diatur."

"Ya udah, minum dulu ini!" Xander memasukkan dot ke mulut Brendon lagi. "Makan dulu, baru kita ke studio gue."

Jenna memperhatikan suaminya dan orang asing yang entah kenapa tak jadi asing itu--Brendon. Mereka sebelas dua belas sifatnya, mudah sekali akrab dengan tingkah kekanak-kanakan mereka, Jenna jadi memikirkan bagaimana pasangan Brendon nantinya menghadapi pemuda itu. Yang faktanya seram di luar manis di dalam.

Oh, sekarang jauh lebih manis di luar karena ia menghapus make up serba hitam yang nyatanya luntur karena Brendon tadi menangis.

Lalu fakta hadir lagi, Brendon bilang dirinya terkena sindrom chunibyo, sindrom yang buat dia menghalu tingkat tinggi. Itulah yang disebut teman-temannya di masa lalu tentang dirinya, tetapi Brendon tak mau hal demikian itu kenapa dia merealisasikan keinginannya yang aneh itu. Sekalipun sulit karena orang tuanya terlalu memanjakan dan sangat menyayanginya.

Latar belakangnya ternyata jauh dari latar belakang Xander.

Xander sedari kecil sudah dipersiapkan di medan perang, maksud medan perang di sini adalah seakan dibuat sebagai sosok yang akan mewujudkan cita-cita tak kesampaian orang tuanya. Artis besar--penyanyi besar. Sedari kecil Xander dilatih dengan banyaknya les musik, menyanyi, dan membuat karya, pemuda ini tak hanya hebat dalam bernyanyi nge-rock tetapi juga multi instrumentalis serta mempelajari beragam bahasa hanya demi membuat lagu-lagunya. Semua itu didapat bukan hanya sekedip mata, jatuh bangun Xander mendapatkan itu semua hingga ke titik ini.

Xander kehilangan masa kecilnya karena itu.

Awal pertemuan Jenna dan Xander adalah kala mereka sama-sama sekolah musik, Jenna yang lahir dari keluarga yang sangat berpengaruh dalam dunia artis juga dipaksa mempelajari banyak hal tentang musik dan balet--klise tapi itulah adanya. Jenna dan Xander sangat dekat di tempat les yang notabenenya hanya mereka berdua yang ada di sana, tetapi kedekatan mereka amatlah diam-diam, dan di balik itu semua memang direncanakan sebuah perjodohan untuk keduanya. Mereka semakin dekat dengan hubungan yang sangat rahasia karena hal itu, tetapi mereka sangat menikmatinya, bahkan memahami satu sama lain.

Mereka--orang tua mereka--tahu Jenna adalah support system yang pas untuk Xander yang semakin hari semakin baik kinerjanya.

Xander memang seratus persen disiapkan menjadi mesin pencetak uang bagi mereka.

Tepat usia Jenna 20 tahun dan Xander 21 tahun, mereka pun dinikahkan. Karier Xander langsung melejit naik, sekalipun Xander notabenenya membenci pekerjaannya karena bagian sangat mengundang perhatian, tetapi keberadaan Jenna berhasil membuatnya bangkit. Lalu baik Jenna dan Xander masih dikekang satu hal.

Hubungan rahasia mereka.

Bukan tanpa alasan kenapa demikian, ini karena sebuah kontrak yang orang tua mereka sendiri buat. Sejujurnya alasannya agak lemah, takut karier Xander hancur, takut Jenna terkena imbas buruk, takut ini itu. Namun bagaimanapun, mereka terpaksa menuruti, hanya sepuluh tahun lagi ....

Ini karena hukuman berat dari kontrak itu, kontrak pasti yang baik Xander dan Jenna tak bisa berkutik.

Mereka harus bercerai.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND IS A ROCKSTAR [B.U. Series - X]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang