14| Saving Mosquito

3 1 1
                                    

Baik, aku siap dan sepertinya mataku sudah terpejam. Bukan terpejam pada umumnya, tapi benar-benar mendekati mati. Kurasa sebelum mati sungguhan. Suara gaduh kembali menormalkan otakku. Aku tidak jadi ke surga dan dari pendengaranku. Itu Kegelapan, dia berkelahi dengan orang lain. Berkelahi sihir, terdengar jelas suara percik-percik menyilaukan.

Teriakan itu, menyeramkan tetapi juga membuat hatiku membaik. Kegelapan seperti menahan perih. Lalu lenyap, aku tidak menyadari keberadaannya lagi. Langkah orang yang benar kukenal menghampiri. “Nak, kau baik-baik saja?”

“Mrs. Ivory?” tanyaku sambil berusaha duduk, tapi kembali terjatuh.

Mrs. Ivory menggengam tanganku. “Iya, Nak. Kamu berhasil mengalahkan Kegelapan. Kau melemahkannya sehingga membuat kami kembali mengurungnya. Kau adalah cahaya baru Inutilia.”

Rasanya tak mau peduli. Aku ingin menangis tersendu-sendu di pelukan Mrs. Ivory. Aku sangat senang karena masih bertahan hidup. Walau di sisi lain mengalami kesedihan yang teramat. Bahkan perih di mataku belum cukup untuk melupakan kematian Mac Harmon dan Mrs. Ivy. Mrs. Ivy yang cerewet, mampukah dia membuka mulutnya satu detik saja. Aku yakin dalam satu detik itu dia sudah mampu berucap seribu kata. Apalagi jika dia tahu kalau aku berhasil. Berhasil untuk pertama kalinya.

Lalu Mac Harmon. Walaupun fisik dan perangainya sama denganku. Kadang kami tetap berselisih paham, berkelahi. Aku sangat suka mengejek cinta anehnya kepada Eniyan. Susah untuk membenci sosok Mac Harmon. Di akhir hidupnya dia ingin menyelamatkanku. Di sisi lain, dia menghancurkan hidup banyak orang.

“Apa yang kaupikirkan, Nak? Kau tidak mau bertanya di mana, Mrs. Ivana. Dia sedang mengobati Eniyan. Eniyan masih punya harapan untuk tetap bersama kita.”

“Kegelapan?”

“Kami kembali mengurungnya ke dalam hati Eniyan.”

Rasa ragu ini membuncah. Menimbulkan kekhawatiran berlebih. “Kenapa harus hati Eniyan? Apa Eniyan akan baik-baik saja nantinya?”

“Nak, jika Kegelapan tidak disimpan di hati Eniyan maka Eniyan akan menghilang. Lagi pula kau tak perlu khawatir. Sebab Kegelapan sudah sangat lemah. Eniyan akan baik-baik saja.”

Mr. Ivory menyentuh dadaku. Mendekatkan mulutnya ke telingaku. “Kau begitu asik mengobrol sehingga lupa kalau kau harus diobati. Aku akan mengantarmu pada Mrs. Ivana.”

Aku mendesah lesu. Berdoa sesi pengobatan itu akan berangsur ajaib. Cepat sembuh tanpa rasa sakit. Semoga saja. Lagi pula, aku tak habis pikir kenapa Mrs. Ivory harus berbisik hanya untuk mengatakan itu.

“Baik, aku akan menggendongmu.” Mrs. Ivory meraup belakangku. Mengangkat tubuh ini ke pundaknya.

Aku mengeliat. Bagian tulangku yang patah sedikit menghantam tubuh Mrs. Ivory. Mrs. Ivory berjalan, aku naik turun mengikuti ritme langkahnya. Punggung Mrs. Ivory yang empuk masih belum cukup membuatku nyaman. Buktinya, aku semakin menjerit. Terutama ketika Mrs. Ivory menurunkanku hingga berbaring di atas kasur.

“Kau terlihat parah, Nak.” Kata Mrs. Ivana.

Sebenarnya aku ingin mengatakan ini. 'Iya sangat parah, cepat obati aku.' Beruntung dapat ditahan. Aku harus menjaga sikap kepada orang yang berperilaku baik padaku. Target saja, aku akan senantiasa berperilaku baik. Meskipun orang itu berperilaku jahat. Semoga aku dapat mewujudkannya.

“Sudah sembuh,” kata Mrs. Ivana.

Aku tersenyum. Inilah Inutilia, semua terjadi tanpa pernah disadari.

“Bagimana dengan Eniyan?” tanyaku.

Mrs. Ivana mengusap rambutku. “Dia butuh istirahat sebentar.”

Saving Mosquito [TELAH TERBIT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu