13| Pertempuran Batin

2 2 0
                                    

“Kita harus pergi dari sini.”

Aku membuang muka, sedikit berdecih meremehkan. Mengepal tangan, lalu menggeser tangan Mac Harmon dari bahuku. “Bukankah kau yang membangkitkannya. Ya, karena cinta bodohmu itu.”

“Jangan berlagak menantang. Pergi atau mati?”

Aku tertunduk, kemudian menjawab. lesu,“Hidup? Aku akan bunuh diri karena bersama orang sepertimu. Aku ingin pulang ke bumi, tapi mustahil karena para Mrs. sudah tewas dan itu karenamu.”

“Aku puas melakukannya.”

“Puas?” tanyaku kurang yakin.

“Oh iya, Mrs. Ivy memang sudah mati. Namun Mrs. Ivana dan Mrs. Ivory, aku yakin mereka masih hidup.” Mac Harmon menekan bahuku ke bawah sebagai usaha untuk membantunya berdiri, sepertinya bersiap untuk lari. Akan tetapi, “Argh ..!” teriaknya.

Debar jantungku terpompa lebih cepat. Sial, bayang kematian mulai menggelayuti. “Mac Harmon, kenapa denganmu?”

“Selanjutnya, apa giliranmu, Nak?” Kegelapan menekan pelafalan kata terakhirnya. Langkah sepatunya yang berat terdengar mendekat.

“Di mana Eniyan?” tanyaku berang sambil berusaha berdiri sampai akhirnya berhasil menaikkan pundak dengan sempurna.

Kegelapan semakin dekat, hal itu bisa kurasakan dari napasnya yang sudah menabrak hidungku. Dia tepat di depanku. “Eniyan? Dia anak yang baik, rela menampungku hingga jutaan tahun. Dan, seharusnya aku juga berterima kasih pada anak ini? Yang di bawah kakimu.” Bunyi gedebuk pelan, Kegelapan menendang mayat Mac Harmon.

“Apa maumu?”

“Mudah saja, untuk menunjukkan seberapa hebat hal yang tidak berguna sebetulnya mampu menguasai alam semesta,” Kegelapan menjeda ucapannya, “seperti kau, Nak. Para Mrs. Memanggilmu agar kau yang tidak berguna ini bisa diandalkan untuk menyelamatkan bumi.”

“Aku berbeda denganmu karena kau jahat.”

Kegelapan terkekah. “Oh ayolah. Di alam semesta tidak ada lagi sisi terang. Di hati mereka hanya kegelapan karena itu aku semakin kuat. Termasuk dirimu, hanya kegelapan. Kau itu manusia paling rapuh. Bersikap kuat seolah kau bisa melewati penderitaanmu. Marah, hanya itu yang kau bisa. Namun, sebenarnya kau sangat ingin menangis. Kegelapan itu membangkitkan rasa benci. Kau benci Bibi Anna, tapi kenyataannya kau lebih benci dirimu sendiri.”

“Kau salah. Aku tidak pernah membenci Bibi Anna.”

“Ada dua opsi!” Kegelapan berteriak, menjauh beberapa langkah. “Pertama, kau berbohong. Dan kedua kau tidak dapat melihatnya. Tentu, karena kau buta. Akan kutunjukkan semua padamu.”

Begitu kalimat itu terucap. Aku tak dapat menahannya dan langsung terkapar. Berteriak histeris, bergelut dengan lantai seraya mengusap kedua mata. Oh Tuhan, bola mataku terasa ingin melompat. Tak jarang rontaan ini membuat kakiku menyasar ke mayat Mac Harmon. Kegelapan tak menanggapi atas apa yang terjadi denganku.

“Argh..!” Aku mengerjap beberapa kali. Setitik cahaya mulai menjalar ke penglihatanku. Silau membuatku  kembali menutup mata. Aku tak terbiasa dengan ini.

Kenapa, kenapa harus makhluk seperti ini yang pertama kulihat. Kegelapan, tidak ada yang aneh dari tubuhnya. Persis manusia dengan kulit putih, rambutnya juga putih, tinggi, dan Kegelapan terlihat sangat tampan. Apa yang aku pikirkan, aku lebih suka perempuan cantik.

Dia menaik-turunkan rahang runcingnya seraya mematri seulas senyum di bibir. Dan mata ini, maksudku mata hasil pemberiannya. Harus kubuang. “Kembalikan aku yang dulu?”

“Berhenti bersikap bodoh. Jangan bermuka dua.”

Aku tertunduk mengepal erat kedua tangan. Siapa yang bermuka dua? Setahuku dia lebih pantas mendapatkan predikat itu. Kegelapan tampak putih dari luar, tapi tidak untuk bagian dalam.

Saving Mosquito [TELAH TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin