LW - 62.

7K 701 16
                                    

HAPPY READING.

Along kelimpungan saat menyadari jika lijen tidak ada di samping nya, along terus mencari kesetiap sudut pasar namun tidak nampak satu pun ciri ciri yang menunjukkan beradan lijen.

Terlintas di benak nya jika saja lijen  pulang terlebih dahulu saat dia sibuk memilih cemilan kegemarannya ..

Along pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke kediaman lijen.

*****

Hwarang dan juga wicen datang ke kediaman lijen, awalnya hanya hwarang yang akan datang namun ternyata sang kakak ada sesuatu yang perlu di bicarakan oleh karna itu dia meminta ikut.

Semuanya awalnya baik baik saja, hwarang dan juga wicen pun tengah terduduk tanang dengan secangkir teh yang dibuat oleh milen.

Setelah menanyakan keberadaan lijen kedua pria itu tengah sibuk dengan pemikiran nya sendiri.

Dengan datang nya sosok pria yang tampak bercucuran keringat dengan raut panik nya membuat hwarang serta wicen berdiri berkerut bingung.

"Hah hah apa lijen sudah pulang?" Tanya nya mengatur nafas.

Milen lantas menggeleng sebagai tanda jika lijen belum pulang.

"Maaf tuan, bukakah nona tadi bersama tuan?" Bingung milen.

"Ya, aku tadi bersama nya namun aku tidak sengaja melepas gandengan tangan nya setelah itu aku tidak melihat keberadaan lijen"

"Aku pikir dia pulang lebih dulu, namun nyatanya belum aku telah mencari ke sudut pasar namun tak ada tanda tanda keberadaan lijen" Jelasnya.

Bergandengan tangan!

Hwarang maupun wicen sebisa mungkin mengesampingkan rasa kesal nya setelah mengatakan pria itu menggandeng lengan lijen.

"L-lalu nona? Apakah dia baik baik saja? bagaimana jika terjadi sesuatu padanya" Cemas milen menggigit kuku nya.

"Awai" Panggil wicen.

"Ya yang mulia" Balas nya.

"Kerahkan beberapa pengawal untuk mencari keberadaan lijen, aku tidak mau tahu dalam waktu 3 jam kalian harus menemukan keberadaannya dengan selamat" Perintah nya.

Awai awalnya ingin membantah, karna tidak mungkin mencari seseorang yang hilang dalam tiga jam namun sebisa mungkin dia menyelesaikan nya.

Setelah meminta awai mengerahkan beberapa pengawal, wicen hwarang along dan juga milen lantas membantu membantu mencari keberadaan lijen/nona nya.

Lijen membuka mata nya, merasakan sakit di tengkuk leher nya.

Mata nya yang masih setengah buram nampak menelusuri ruangan yang tampak mewah dengan barang barang ber dominasi berwarna emas.

Akh! sial,aku lengah tadi Batin lijen memaki dirinya sendiri.

Dirinya tak bisa berbuat apa apa karna tubuh nya terikat tali dengan posisi duduk di  kursi.

Ceklek.

Seseorang masuk kedalam, bayangan nya yang besar dan tegap sudah terlihat jalas dia itu pria.

"Kau sudah bangun sayang" Sapa manis pria yang tadi memasuki ruangan.

"Sudah ku duga itu semua orang suruhan mu" Kekeh lijen menatap tajam pria di depan nya.

"Ow, kau cukup handal untuk mengetahui hal seperti itu, belajar dari mana hmm" Lembut nya mengusap pipi halus lijen yang tertutup cadar.

"Jangan sentuh aku sialan" Maki nya.

"Stttt, jangan pernah memaki suami mu sendiri sayang tidak baik" Ucap nya dengan nada masih terdengar menggelikan di telinga nya.

"Cih, menjijikan" Decih lijen sebagai balasan.

Pria itu tak membalas decihan perempuan di hadapan nya lantas dia terus menusap wajah mulus tertutup cadar itu dengan pandangan lekat.

"Kau tau, andai saja dulu wanita j*elang itu tidak menggodaku mungkin kita sudah mempunyai keluarga yang bahagia benar bukan?" Ucap nya.

"Jangan pernah berbicara seperti itu di hadapan ku sialan, kau pria berengsek tidak pantas bersama ku"

"Aku bersyukur dulu kau tak pernah melirik ku, dan sekarang rasanya benar benar menjijikan saat tangan kotor mu mengusap wajah ku! Jadi lepaskan" Tekan lijen menatap tajam mantan suami nya nya.

Ya, lee chong wei lah yang telah membuntuti kemanapun lijen pergi sebelum para suruhan nya membawa lijen pergi dengan keadaan tak sadarkan diri.

"Akh! Sayang kau membuat hati ku sakit, kalau begitu aku akan keluar untuk melampisakan ini karna tidak mungkin bukan aku melampisakan nya kepada istri ku" Kekeh Lee.

"Pergi lah aku muak melihat wajah kotor mu" Maki nya.

Setelah lee pergi, lijen menyederkan kepalanya ke kursi.

Baru saja rasa tenang menyambut nya, kedatangan seseorang tanpa mengetuk berjalan dengan tergesa-gesa.

"Akh! Kau rupanya" Tenang lijen saat mengetahui siapa yang datang.

"Kau!, kenapa lee harus menemukan mu j*lang kenapa kau tidak mati saja hah" Murka licen.

"Tuhan masih sangat melindungi aku mana mungkin dia tega membiarkan aku mati" Santai nya.

"Kau dasar j*lang tak tahu malu" Marah nya hendak menampar lijen namun sosok perempuan di belakangnya menahan.

"Nyonya, tuan akan marah jika perempuan j*lang itu tergores sedikit saja" Peringat nya menghentikan pergerakan licen.

"Akh! Lihat saja lijen kau akan membayar semua ini" Kata nya.

"Nyonya, jangan terlalu banyak bergerak kasihan bayi yang ada di perut nyonya" Cemas perempuan itu.

Seketika raut licen berubah di gantikan seringai di bibir nya.

"Kau tahu? Aku sekarang telah mengandung anak lee pawaris semua kekayaan keluarga wei" Angkuh nya.

"Oh benarkah aku turut senang mendengar nya" Balas lijen tak sesuai perkiraan licen.

"Jika kau mau menangis silahkan lah aku akan senang mendengar nya" Ujar licen.

"Untuk apa aku menangisi nya, lalu apakah benar itu anak lee? Atau anak seseorang?" Tanya lijen.

"T-tentu saja anak lee kau pikir i-ini anak siapa hah" Balas nya tak terima.

"Oh baiklah aku percaya" Angguk nya.

"Nyonya tuan mencari mu" Salah tau pengawal berbicara.

"Kau dengar bukan lee sangat menyayangi ku" Angkuh nya lalu berputar keluar ruangan.

Lijen tersenyum licik.

Anyeong!

Lijenwang ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang