LW - 37.

12.3K 1.2K 3
                                    

HAPPY READING.

Dengan sekuat tenaga lijen mengiring tubuh pemuda itu memasuki kediaman nya.

Wongle dengan sigap membukakan pintu untuk mempermudah kakak nya.

"Milen!" Teriak lijen.

Milen yang tengah berada di dapur pun dikejutkan oleh suara cetar dari nona nya, dengan tergesa-gesa dia menghampiri sosok nona nya yang tengah memapah sosok pria.

"N-nona dia siapa?" Tanya milen.

"Tidak sudah banyak bertanya! Cepat bantu aku membaringkan nya di kamar milik mu" Perintah lijen.

"Eh baiklah"

Setelah membaringkan pemuda itu lijen berjalan kearah pemandian, tubuh nya terasa lengket akibat keringat.

"Milen! Siapkan aku wewangian mawar dan jangan lupa taruh beberapa kelopak bunga didalam bak" Ucap lijen.

"Siap nona" Balas nya.

Sambil menunggu perlengkapan mandi nya siap lijen berjalan kearah ruang tamu, disana wongle tampak terlelap di sebuah kursi panjang.

Dengan perlahan dia mengangkat tubuh mungil itu kedalam kamar.

"Nona perlengkapan sudah siap" Sahut lijen.

Lijen pun lantas membuka seluruh pakaian nya menyisakan celana dalam yang tertutup sebuah jubah mandi jaman dulu.

Dia akui jubah ini bahkan lebih bagus dari pada jubah mahal yang dia punya di dunia moderen.

Berendam menyesap aroma mawar yang menguak dari air nya.

Satu jam lamanya lijen memejamkan mata nya dengan tubuh yang masih terendam, dia membuka mata nya seraya meregangkan otot nya.

Satu kata untuk nya saat ini.

Nyaman dan damai.

Meraih jubah mandi nya lalu memakai nya seraya berjalan kearah luar pemandian.

Lijen berjalan dengan santai dengan handuk kecil yang terus mengosok gosok surai nya.

"Akhhh!" Teriakan seseorang membuat nya terkejut.

Disana terlihat pemuda yang tengah menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan nya, bisa dilihat dari telinga nya yang tampak memerah.

"Kau ingin aku tuli hah!" Bentak lijen.

"T-tidak" Geleng pemuda itu.

"Ck! Membuat orang terkejut saja" Sinis lijen kembali berjalan memasuki kamar nya.

Pemuda itu masih diam bagaikan patung dengan kedua telapak tangan yang masih menutupi wajah nya.

"Permisi tuan? Mengapa Anda disni?" Tanya milen membuat pemuda itu terkejut.

Dia mengintip dari celah jari nya melihat sosok pelayan perempuan dihadapnya.

"T-tidak, eh a-aku ingin buang air kecil" Cicit nya.

"Oh, anda tinggal lurus lalu belok kiri" Ucap milen.

"B-baiklah" Sahut nya cepat dengan telinga yang masih memerah.

Lijenwang ☑Where stories live. Discover now